Pesawat yang lepas landas dari Beirut tujuan Adhis Ababa ini membawa 90 penumpang, terdiri dari 83 penumpang dan tujuh orang awak. Penyebab kecelakaan hingga kini belum diketahui. Namun saat peristiwa naas itu terjadi, Ahad malam cuaca di langit Beirut gelap, penuh kilatan petir disertai hujan lebat.
Presiden Lebanon Michel Suleiman mengesampingkan kemungkinan kecelakaan tersebut akibat serangan teroris. "Tak ada sabotase dalam kecelakan itu," ujarnya.
Nampak pemandangan menyedihkan di bandara Beirut. Sejumlah kerabat korban berkumpul di bandara mencari keterangan nasib keluarganya dengan isak tangis. Seorang ibu berteriak histeris, "Mana anakku?"
Andree Qusayfi mengatakan, saudara lelakinya, Ziadh, 35 tahun, melakukan perjalanan ke Ethiopia untuk pekerjaannya di perusahaan komputer, dia sempat kembali ke Lebanon. "Kami berusaha membujuk agar menunda penerbanganya karena badai," ujar Qusayfi dengan mata sembab. "Tetapi dia bersikeras pergi karena sudah ada janji."
Sementara itu, Zainab Seklawi mengatakan, putranya Yasser, 24 tahun, dipanggil-panggil namun dia sudah terlanjur boarding. "Saya katakan kepadanya, Allah bersamamu, dan saya bisa tidur nyenyak." kata Seklawi. "Tolong lihat anakku, aku tahu dia masih hidup dan tidak akan meninggalkan saya."
Menurut pejabat keamanan Lebanon yang tak mau disebutkan namanya, sejumlah anak menjadi korban kecelakaan tersebut. Pesawat Boeing 737-800 menukik ke laut, 2 mil laut atau 3,5 kilometer dari perairan Beirut pukul 02.30 waktu setempat. Menurut keterangan dari pejabat kementerian transportasi Ghazi Aridi pesawat jatuh ke laut setelah beberapa menit tinggal landas dari bandara.
AP | CHOIRUL