Awalnya, sekitar 10 ribu orang ambil bagian dalam prosesi pemakaman pemimpin spiritual Iran Ayatullah Husein Ali Mohtazeri di kota suci Qom dalam situasi hikmat. Namun tak lama kemudian, usai pemakaman, terjadi bentrokan antara kelompok gerakan reformasi dengan polisi. Namun, menurut koresponden BBC, penyebab konfrontasi kedua belah pihak tak jelas.
Ayatullah Husein Ali Mohtazeri, 87 tahun, adalah pemimpin spritual Iran yang mengritik terpilihnya Presiden Mahmoud Ahmadinejad untuk masa jabatan kedua dalam pemilihan umum ulang.
Dalam situsnya, kelompok reformis Jaras serta pemimpin oposisi Mir Husein Mousavi menyatakan rasa berkabung dan mendukung Ayatullah. Mousavi dalam prosesi pemakaman Ayatullah nampak ambil bagian di antara para pelayat termasuk pemimpin kelompok oposisi lainnya Mehdi Karroubi.
Di situs lainnya, Rahesabs.net, menyebutkan bahwa sejumlah anggota pendukung pemerintah dari garis keras faksi Ansar Hisbullah mencoba menghentikan yel-yel ribuan orang tersebut. Banyak sekali di antara pelayat membawa spanduk berwarna hijau atau mengenakan pakaian hijau, simbol kelompok perlawanan.
Website oposisi, Kaleme.org, menyebutkan usai prosesi pemakaman sejumlah pelayat melempari batu ke arah kerumunan polisi yang menjaga tempat tinggal Ayatullah sehingga bentrok fisik dengan petugas keamanan tak terelakkan.
Pemerintah sadar bahwa prosesi pemakaman yang berakhir dengan demonstrasi tak bisa dilarang, jelas koresponden BBC di Teheran Jon Leyne, meskipun hal tersebut dapat menimbulkan rasa takut bagi warga di sekitarnya.
Usai pemakaman, sejumlah bus yang membawa pelayat dihentikan petugas dan beberapa penumpangnya ditahan. Situs Jaras melaporkan, murid Ayatullah, Ahmad Qabel ditahan usai mengikuti pemakaman.
BBC | CHOIRUL