TEMPO.CO, Jakarta - Jepang mengucurkan bantuan untuk pembangunan gedung sekolah baru serta pengadaan peralatan sekolah di Pondok Pesantren Nurul Yaqin, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Bantuan Hibah Grassroots untuk Keamanan Manusia dari Pemerintah Jepang. Pada 10 September 2024, diselenggarakan acara serah terima gedung sekolah itu yang sudah rampung dibangun.
Acara serah terima dihadiri Ohmichi Takuma Sekretaris Kedua Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dan Syahrir Noor Ketua Yayasan Mitra Sadina - Fahurrozi Wardi, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nurul Yaqin - Suhaimi Ismy, Anggota DPD RI - Firman Wijaya, serta Sinarun Lurah Sasake sebagai perwakilan dari pihak Indonesia.
Proyek tersebut selesai dilaksanakan setelah penandatanganan oleh pemerintah Jepang dengan Yayasan Mitra Sadina pada Desember 2022. Adapun jumlah dana hibah yang dikucurkan sebesar 8,163,936 Yen (Rp889 juta).
Pondok Pesantren Nurul Yaqin terletak di desa Sasake, salah satu daerah dengan pendapatan per kapita terendah di Kabupaten Lombok Tengah dan hampir semua siswa di sekolah tersebut berasal dari keluarga berpenghasilan rendah atau anak yatim. Sekolah tersebut telah memberikan pendidikan dengan gratis kepada anak-anak dari daerah tersebut selama lebih dari 80 tahun sejak 1943 dan berkontribusi dalam meningkatkan standar pendidikan di daerah tersebut.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir ini bangunan sekolah itu tidak pernah direnovasi besara-besaran sejak dibangun pada 1981. Padahal, usia bangunan semakin tua, tidak dilengkapi fasilitas lampu dengan cukup dan terdapat kerusakan di peralatan sekolah seperti meja dan kursi sehingga kondisi lingkungan pendidikan kurang memadai.
Untuk memperbaiki situasi tersebut, Jepang melalui proyek ini mendukung Yayasan Mitra Sadina dengan membangun satu gedung sekolah baru yang terdiri dari 4 ruang kelas serta pengadaan peralatan sekolah seperti meja dan kursi 60 set dan sebagainya.
Hasilnya, setelah diperbaiki, lingkungan pendidikan menjadi lebih nyaman, sehingga mengarah pada peningkatan jumlah siswa. Jumlah siswa meningkat sekitar 6 persen dibandingkan sebelum pelaksanaan proyek dan colan siswa meningkat sekitar 13 persen sehingga dapat berkontribusi kepada peningkatan standar pendidikan di daerah tersebut lebih dari sebelumnya. Selain itu, pelajaran bahasa Jepang juga mulai dilakukan di sekolah tersebut. Hal ini telah membantu meningkatkan rasa saling pengertian antara Jepang dan Indonesia.
Pilihan editor: Kubu Sayap Kanan Menang Pemilu, Dokter Prancis Keturunan Afrika Utara Pilih Pergi