Kematian Warga AS tanpa Pertanggungjawaban Israel
Para aktivis mempertanyakan komitmen pemerintah AS terhadap keselamatan warga Amerika di luar negeri, khususnya di wilayah Palestina yang diduduki.
Mereka merujuk pada serangkaian pembunuhan besar-besaran oleh pasukan Israel yang menurut mereka tidak dimintai pertanggungjawaban oleh Washington. Awal tahun ini, misalnya, seorang polisi Israel yang sedang tidak bertugas dan seorang pemukim melepaskan tembakan yang menewaskan seorang warga AS berusia 17 tahun, Tawfiq Ajaq, di dekat desa leluhurnya, al-Mazraa ash-Sharqiya, di Tepi Barat. Hingga saat ini, belum ada sanksi hukum yang dijatuhkan kepada pelaku.
Pada 2022, seorang penembak jitu Israel juga menembak warga negara AS dan jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, yang pada saat itu sedang melakukan peliputan di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat.
Militer Israel kemudian mengakui bahwa tentaranya telah menembakkan peluru yang mematikan itu, namun menganggap pembunuhan itu sebagai kecelakaan dan menolak untuk menghukum siapa pun yang terlibat. Sementara Biro Investigasi Federal AS (FBI) membuka penyelidikan hampir dua tahun yang lalu, namun hingga kini belum ada perkembangan atau penyelesaian.
Pada tahun yang sama, seorang warga Amerika keturunan Palestina, Omar Assad, yang berusia 78 tahun, meninggal dunia setelah ditahan oleh tentara Israel di sebuah pos pemeriksaan di dekat rumahnya di Jiljilya. AS akhirnya menolak untuk memotong dana untuk unit tentara tersebut, meskipun memiliki rekam jejak pelanggaran.
Contoh-contoh lain bisa dilihat lebih dari satu dekade lalu. Pada tahun 2010, remaja Furkan Dogan, seorang remaja berkewarganegaraan ganda AS dan Turki, terbunuh ketika pasukan komando Israel menaiki sebuah kapal yang mencoba mengirimkan bantuan ke Gaza.
Dan pada 2003, seorang tentara Israel yang mengendarai buldoser melindas seorang warga Washington, Rachel Corrie, hingga tewas ketika ia memprotes penghancuran rumah-rumah warga Palestina.
Reaksi Gedung Putih dan Israel
Dalam kasus pembunuhan pada hari Jumat, pemerintahan Biden mengindikasikan bahwa mereka akan bergantung pada Israel untuk menyelidiki insiden tersebut.
"Kami telah menghubungi pemerintah Israel untuk meminta informasi lebih lanjut dan meminta penyelidikan atas insiden tersebut," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Sean Savett.
Dia menambahkan bahwa pemerintah "sangat terganggu oleh kematian tragis tersebut".
Sementara itu, militer Israel mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa pasukannya telah "menanggapi dengan tembakan terhadap penghasut utama kegiatan kekerasan yang melemparkan batu ke arah pasukan yang menjadi ancaman bagi mereka".
Pihaknya mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki laporan "bahwa seorang warga negara asing terbunuh akibat tembakan yang dilepaskan di daerah tersebut".
Israel adalah salah satu sekutu terdekat AS di Timur Tengah, dan para kritikus khawatir hal itu telah menyebabkan keengganan untuk mengejar keadilan dalam kasus-kasus di mana tentaranya tampak bersalah.
ARAB NEWS | AL ARABIYA | AL JAZEERA
Pilihan Editor: Daftar Kebrutalan Israel dalam Pembunuhan Aktivis HAM 2 Dekade Terakhir