TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat telah menyita sebuah pesawat yang digunakan oleh Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan menerbangkannya dari Republik Dominika ke Florida. Pesawat kepresidenan itu disita karena pembeliannya melanggar sanksi AS, kata Departemen Kehakiman AS.
Penyitaan pesawat itu terjadi di tengah tekanan berkelanjutan terhadap Maduro di dalam dan luar negeri terkait pemilihan umum 28 Juli 2024. Pemilu itu disengketakan, dan Maduro mengklaim menang. Sementara pihak oposisi mengatakan salinan penghitungan suara menunjukkan kandidatnya sebagai pemenang.
Pemerintah Venezuela, yang mengonfirmasi Maduro telah menggunakan pesawat itu, mengatakan dalam pernyataan sore bahwa penyitaan tidak lain adalah pembajakan, ilegal, dan praktik kriminal berulang yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Hal itu juga terlihat dalam gambar-gambar bulan Desember tentang kepulangan Alex Saab, seorang pengusaha yang diberikan pengampunan atas tuduhan pencucian uang AS dan dikembalikan ke Venezuela sebagai bagian dari pertukaran tahanan.
Maduro, rekan-rekannya, dan sektor minyak penting negara anggota OPEC itu berada di bawah sanksi berat AS. Sanksi berlanjut karena sengketa pemilu,
Jaksa Agung AS Merrick Garland mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pesawat Dassault Falcon 900EX dibeli secara ilegal seharga US$ 13 juta melalui perusahaan cangkang. Pesawat itu diselundupkan keluar AS untuk digunakan oleh Nicolas Maduro dan kroninya.
"Biarkan penyitaan ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa pesawat yang diperoleh secara ilegal dari Amerika Serikat untuk kepentingan pejabat Venezuela yang dikenai sanksi tidak bisa terbang begitu saja," kata Matthew Axelrod, asisten sekretaris Departemen Perdagangan AS untuk penegakan ekspor.