Presiden Prancis Emmanuel Macron menyangkal tahu sedari awal kalau CEO Telegram Pavel Durov akan ke Prancis, Macron juga berkeras tidak terlibat dalam penahanan Durov saat tiba di Paris. Durov sudah beberapa hari di penjara sebelum dibawa kehadapan hakim pada Rabu, 28 Agustus 2024.
Durov dikenai sejumlah dakwaan mulai dari menolak bekerja sama dengan otoritas hingga mengelola platPresidenform online yang diduga dilakukan para penjahat untuk melamukan kejahatan terorganisir seperti perdagangan manusia dan pelecehan seksual anak.
Durov sudah dibebaskan dengan uang jaminan sebesar 5 juta euro. Dia juga dilarang meninggalkan Prancis selama proses hukumnya berjalan.
"Sangat tidak jelas berfikir bahwa CEO sebuah media sosial terlibat dalam tindakan kriminal yang tidak membuatnya waswas, baik secara langsung maupun tidak langsunh," kata pengacara Durov, David-Olivier Kaminski, Rabu, 28 Ahustus 2024. Dia meyakinkan Telegram sepenuhnya tunduk pada undang-undang teknologi digital di Uni Eropa.
Penahanan Durov memancing kemarahan dunia internasional dan menuduh Prancis berusaha memperkuat sensor untuk media sosial dari luar negara-negara Barat.
Durov memiliki dwi kewarganegaraan, yakni Prancis dan Rusia. Moskow dan Abu Dhabi sudah berusaha memberikan dukungan kekonsuleran, namun ditolak Paris karena kewarganegaraan Prancisnya lebih dominan.
Kakak-kakak Pavel dan pendiri Telegram lainnya Nikolay Durov menciptakan aplikasi Telegram 10 tahun silam sebagai sebuah sarana berkirim pesan singkat secara pribadi. Platform itu sekarang memiliki hampir 1 miliar pengguna per bulan. Telegram dilihat sebagai aplikasi pilihan warga Rusia dan Ukraina.
Sumber : RT.com
Pilihan editor: Dubes: Kunjungan Paus Fransiskus untuk Apresiasi Kebebasan Beragama
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini