TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus menyebut orang-orang yang menolak menolong migran yang sedang berusaha menyeberang ke Eropa sama dengan berbuat dosa besar. Peringatan itu disampaikan pada Rabu, 28 September 2024, dihadapan jamaahnya agar isu migran yang ingin menyeberang ke Eropa menjadi perhatian serius, khususnya mereka yang mau menyeberang lewat rute Mediterania.
Rute Mediterania yang dimaksud Paus Fansiskus itu adalah laut mediterania atau yang disebut Mare Nostrum. Menurut Paus, harus ada komunikasi antar warga, bukannya terjadi sengketa hingga menjadi sebuah kuburan. Ribuan migran korban tewas di laut mediterania seharusnya bisa dihindari jika ada kerja yang sistematis yang mencakup seluruh aspek.
"Jangan menganiaya, atau menindas orang lain. Tuhan bersama para migran dan orang-orang yang menderita bersamanya karena mereka memohon jalan menuju keselamatan," kata Paus Fransiskus.
Pemimpin umat Katolik dunia itu menilai negara-negara Barat tidak dapat membantu hanya dengan memperketat wilayah perbatasan. Sebaliknya mereka harus memperluas keamanan dan membuka jalan regular bagi para migran serta memfasilitasi perlindungan bagi para pengungsi yang melarikan diri dari sejumlah bencana melalui tata kelola migrasi yang bagus berdasarkan keadilan, persaudaraan dan solidaritas
Laut Mediterania secara luas dikenal sangat berbahaya, namun jalan itu masih ditempuh oleh para migran yang ingin ke Uni Eropa. Banyak dari para migran berasal dari negara-negara Afrika dan Timur Tengah khususnya Suriah, dan Libya. Mereka sering kali menaiki perahu yang penuh sesak dengan penumpang saat menyeberangi Laut Mediterania yang berbahaya.
Pada 2015, rute itu menjadi sangat terkenal di tengah krisis migrasi di Uni Eropa. Sampai sekarang trend memperlihatkan kenaikan. Catatan IOM memperlihatkan lebih dari 290 ribu migran dan pengungsi tiba di Eropa melalui Laut Mediterania. Pada 2023, setidaknya 3.100 migran meninggal saat mencoba melintasi Laut Mediterania.
Italia, salah satu negara yang menghadapi krisis, secara aktif mencoba mengendalikan migrasi. Pada September 2023, kubu sayap kanan Italia meloloskan kebijakan yang memungkinkan otoritas menahan para migran sampai 18 bulan. Negeri Pizza itu, juga menyetujui pembangunan pusat-pusat penahanan baru.
Sumber: RT.com
Pilihan editor: Dubes: Kunjungan Paus Fransiskus untuk Apresiasi Kebebasan Beragama
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini