TEMPO.CO, Jakarta - Uni Emirat Arab secara resmi meminta agar Pemerintah Prancis memastikan pendiri Telegram Pavel Durov menerima semua layanan konsuler yang diperlukan setelah penangkapannya di Paris. Ini diungkapkan Kementerian Luar Negeri UEA pada Senin.
Durov, seorang warga negara UEA, ditahan oleh otoritas Prancis di Bandara Paris–Le Bourget pada Sabtu malam. Penangkapannya adalah bagian dari penyelidikan yang lebih luas terhadap aplikasi perpesanan tersebut.
OFMIN Prancis, sebuah kantor yang bertugas mencegah kekerasan terhadap anak di bawah umur, telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Durov dalam penyelidikan awal atas dugaan sejumlah pelanggaran.
Ini termasuk penipuan, perdagangan narkoba, penindasan maya, kejahatan terorganisir dan promosi terorisme, kata salah satu sumber, yang menuduh Durov gagal mengambil tindakan untuk mengekang penggunaan kriminal atas platformnya.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di platformnya setelah penangkapannya, Telegram mengatakan aplikasi perpesanan tersebut mematuhi undang-undang Uni Eropa, dan moderasinya “sesuai standar industri dan terus meningkat.”
“Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa suatu platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut,” kata postingan Telegram.
“Hampir satu miliar pengguna di seluruh dunia menggunakan Telegram sebagai alat komunikasi dan sumber informasi penting. Kami menunggu penyelesaian segera atas situasi ini. Telegram bersama Anda semua.”
Elon Musk, miliarder pemilik X yang di masa lalu menyebut dirinya sebagai “kebebasan berbicara absolut” memposting “#freePavel” untuk mendukung Durov setelah penangkapannya.
Lahir di masa Uni Soviet dalam keluarga akademisi di Leningrad, yang sekarang dikenal sebagai Saint Petersburg, miliarder berusia 39 tahun ini menghabiskan masa kecilnya di Italia sebelum membangun jaringan sosial VKontakte (VK) terbesar di Rusia pada awal usia 20-an.
Dia mendirikan Telegram setelah meninggalkan Rusia satu dekade lalu, dan majalah Forbes memperkirakan kekayaannya saat ini mencapai US$15,5 miliar.
Telegram, sebuah aplikasi perpesanan terenkripsi yang berbasis di Dubai, telah memposisikan dirinya sebagai alternatif dari platform milik Amerika, yang telah dikritik karena eksploitasi komersial atas data pribadi pengguna.
Telegram berkomitmen untuk tidak pernah mengungkapkan informasi tentang penggunanya.
Dalam wawancara langka yang diberikan kepada pembawa acara talk show Tucker Carlson pada April, Durov mengatakan dia ingin meluncurkan aplikasi pesan terenkripsi setelah mendapat tekanan dari pemerintah Rusia saat bekerja di VK.
Dia mengatakan dia kemudian mencoba menetap di Berlin, London, Singapura dan San Francisco sebelum memilih Dubai, yang dia puji karena lingkungan bisnis dan “netralitasnya”.
Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan pihaknya memantau situasi ini dengan cermat, dengan fokus menjaga hak-hak Durov dan memastikan dia menerima dukungan yang tepat selama proses berlangsung.
Pilihan Editor: Tuduhan Mengerikan kepada CEO Telegram Pavel Durov: Pornografi Anak hingga Transaksi Narkoba
AL ARABIYA