TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Ukraina telah berhasil menguasai beberapa kota di wilayah Rusia, terutama daerah Kursk dalam sepekan terakhir. Per 12 Agustus, dilaporkan Ukraina berhasil menduduki 28 kota dan desa di wilayah tersebut, termasuk kota besar seperti Sudzha yang berpenduduk sekitar 5.000 orang.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana Ukraina bisa melakukan invasi balik ke Rusia?
Menurut laporan DW, informasi mengenai jatuhnya kota tersebut dikonfirmasi oleh pasukan khusus Ukraina melalui Telegram pada hari Senin, 12 Agustus 2024. Laporan menyebutkan bahwa militer Ukraina melakukan serangan dari berbagai arah, mengakibatkan perintah evakuasi untuk sekitar 17.000 penduduk kota Lgow.
Evakuasi juga dilakukan di wilayah tetangga Belgorod, dengan sekitar 2.000 warga sipil yang masih bertahan di kota-kota yang dikuasai pasukan Ukraina. Akan tetapi, nasib mereka belum dapat dipastikan.
Setelah enam hari melakukan penyerangan, pada Senin 12 Agustus 2024, angkatan bersenjata Ukraina, yang dipimpin oleh Panglima Tertinggi Oleksandr Syrskii mengklaim berhasil menginvasi wilayah yang hampir sama luasnya dengan wilayah yang telah direbut pasukan Rusia di Ukraina sejak awal tahun.
Syrskii menyatakan, pasukannya telah berhasil menguasai sekitar 1.000 kilometer persegi di wilayah Kursk dalam waktu kurang dari seminggu.
Rusia Terkejut dan Tidak Siap Hadapi Serangan
Menurut laporan Al Jazeera, pihak berwenang Rusia tampaknya tidak siap menghadapi serangan yang dilancarkan sejak Selasa, 6 Agustus 2024 lalu. Kementerian Pertahanan Rusia awalnya tidak mengakui bahwa mereka diserang oleh pasukan reguler Ukraina, melainkan oleh milisi tidak teratur.
Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menyebut serangan itu sebagai "provokasi skala besar", bukan invasi. Namun mereka menarik klaim tersebut dan menghapus unggahan resmi di media sosial.
Baru pada tiga hari setelah pertempuran, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan telah mengirim sistem roket tambahan dan kendaraan pelacak untuk membantu mempertahankan Kursk. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Sabtu, 10 Agustus 2024 pun mengakui bahwa pasukan Ukraina bertanggung jawab atas serangan itu.
Dalam pidato malamnya, ia berkata, “Rusia telah membawa perang kepada pihak lain, kini ia kembali ke negaranya. Ukraina selalu menginginkan perdamaian, dan kami pasti akan memastikan perdamaian.”
Bagaimana Pasukan Ukraina Melancarkan Serangan?
Menurut Institute for the Study of War, pasukan Ukraina menerapkan "taktik penyerangan" yang cerdas dengan menggunakan unit-unit lapis baja kecil yang bergerak jauh ke dalam wilayah Rusia. Setelah melakukan serangan, mereka mundur, memberikan tugas pengamanan wilayah kepada pasukan yang lebih besar.
Taktik ini memungkinkan Ukraina untuk membuat terobosan besar tanpa perlu mempertahankan kekuatan militer yang besar di garis depan.
Administrator militer Sumy, Volodymyr Artyukh mengungkapkan Rusia telah menghadirkan ancaman baru. Ia juga menambahkan bahwa Rusia menjatuhkan 40-50 bom luncur ini setiap harinya.
"Awalnya, hanya rudal antitank sederhana yang (menyerang) kawasan berpenduduk. Namun kini, mereka menggunakan amunisi luncur baru yang dilengkapi dengan mesin," ujar Artyukh dalam sebuah telethon, Minggu, 11 Agustus 2024.
Lebih lanjut, Matthew Savill, direktur ilmu militer di Royal United Services Institute (RUSI), menilai tujuan dari serangan ini mungkin untuk "merusak prestise dan moral Rusia" sambil "meningkatkan moral Ukraina" yang selama berbulan-bulan berada dalam posisi defensif.
Menurut dia, evakuasi 200.000 warga sipil Rusia dari wilayah perbatasan kemungkinan besar telah mempermalukan Moskow di hadapan dunia internasional.
Pilihan Editor: Jenderal Rusia: Hampir 12.000 Tentara Ukraina Masuki Wilayah Kursk
DW | AL JAZEERA