Desakan Gencatan Senjata
Para pejabat Rusia mengatakan Ukraina sedang berusaha menunjukkan kepada para pendukungnya di Barat bahwa mereka masih dapat mengerahkan operasi militer besar-besaran ketika tekanan meningkat terhadap Kyiv dan Moskow untuk menyetujui perundingan mengenai penghentian perang.
Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 dan kini menguasai 18% wilayah Ukraina. Hingga serangan mendadak terhadap Rusia, Ukraina telah kehilangan wilayahnya ke tangan pasukan Rusia meskipun ada dukungan ratusan miliar dolar dari Amerika Serikat dan Eropa yang bertujuan untuk menghentikan dan bahkan membalikkan kemajuan Rusia.
Setelah lebih dari dua tahun perang darat paling intens di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, baik Moskow maupun Kyiv telah mengindikasikan bahwa mereka sedang mempertimbangkan kemungkinan perundingan. Meskipun secara publik, keduanya masih belum sepakat mengenai seperti apa gencatan senjata tersebut.
Keduanya juga mengawasi pemilihan presiden AS pada November. Kyiv khawatir dukungan AS akan melemah jika Donald Trump dari Partai Republik menang.
Trump telah mengatakan bahwa dia akan mengakhiri perang, dan baik Rusia maupun Ukraina ingin mendapatkan posisi tawar yang paling kuat di medan perang.
Reuters melaporkan pada bulan Februari bahwa saran Putin mengenai gencatan senjata di Ukraina untuk membekukan perang ditolak oleh Amerika Serikat. Pada Juni, Putin mengusulkan kemungkinan persyaratan termasuk tuntutan agar Kyiv membatalkan ambisi NATO dan menarik semua pasukannya dari empat provinsi yang diklaim oleh Moskow.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, setelah melakukan pembicaraan dengan Cina, mengatakan bulan lalu bahwa Kyiv siap untuk melakukan pembicaraan mengenai konflik dengan Rusia asalkan kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dihormati sepenuhnya.
Kyiv mengatakan pihaknya adalah korban perampasan tanah gaya kekaisaran yang dilakukan Putin dan mengatakan pihaknya harus menguasai seluruh tanah yang telah hilang dari Rusia. Negara-negara Barat mengatakan mereka tidak bisa membiarkan Putin menang.