TEMPO.CO, Jakarta - Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, kembali menjadi sorotan internasional setelah dilantik sebagai Kepala Biro Politik Hamas. Sinwar kini menjadi pusat perhatian dunia setelah penunjukannya menggantikan Ismail Haniyeh yang terbunuh dalam sebuah serangan di Teheran, Iran.
Penunjukan Sinwar sebagai pengganti Ismail Haniyeh, yang baru saja dibunuh, menunjukkan kekuatan Hamas yang tak tergoyahkan di Gaza dan mempertegas tekad kelompok ini dalam melawan kekejaman Israel.
Sejak serangan besar pada 7 Oktober, Sinwar telah menjadi target utama Israel yang berupaya memburunya.
"Penunjukan tersebut berarti bahwa Israel harus menghadapi Sinwar mengenai solusi perang Gaza," kata seorang diplomat regional, dilansir dari Reuters.
Diplomat tersebut menambahkan bahwa penunjukan Sinwar adalah pernyataan ketegasan dan sikap tak kompromi dari Hamas. Dengan penunjukan ini, Hamas memperlihatkan bahwa meskipun Haniyeh telah tewas dibunuh, mereka tetap memiliki kepemimpinan yang solid dan siap melancarkan serangan.
“Ini adalah pesan ketangguhan (Hamas) dan tanpa kompromi,” katanya.
Yahya Sinwar: Langganan Ditangkap Israel
Yahya Sinwar lahir pada 19 Oktober 1962 di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza. Sinwar dikenal sebagai salah satu tokoh terkuat dan paling kontroversial di Hamas. Ia memulai karier politiknya sebagai aktivis di Universitas Islam Gaza, di mana ia terlibat dalam gerakan melawan pendudukan Israel.
Sinwar pernah ditangkap oleh Israel pada 1988 dan dijatuhi hukuman seumur hidup karena terlibat dalam kegiatan militer. Dikutip dari Al Jazeera, ia menghabiskan 23 tahun di penjara Israel. Di sana, ia mempelajari bahasa Ibrani dan menjadi sangat paham tentang politik Israel.
Setelah dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari pertukaran tahanan dengan Israel, Sinwar segera meraih posisi penting dalam struktur Hamas. Pada 2017, ia diangkat sebagai pemimpin Hamas di Gaza, menggantikan Ismail Haniyeh.
Sinwar dikenal karena sikapnya yang keras terhadap Israel dan perannya dalam mengorganisasi berbagai operasi militer Hamas. Ia juga terlibat dalam "Serangan Pedang Yerusalem" pada Mei 2021, yang meningkatkan ketegangan antara Gaza dan Israel.
Selama kariernya, Sinwar telah memainkan peran kunci dalam mengatur strategi militer dan politik Hamas, termasuk dalam penyelenggaraan aksi unjuk rasa seperti "March of Return" dan "Breaking the Siege" pada 2018. Meskipun sering kali bersembunyi dari publik, Sinwar tetap menjadi figur sentral dalam perlawanan Hamas terhadap Israel.
Tanggapan Israel
Israel menanggapi penunjukan Sinwar dengan kekhawatiran dan penekanan bahwa mereka akan terus mengejar Sinwar. Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, menyebut Sinwar sebagai salah satu tokoh paling berbahaya dan menegaskan bahwa Israel mempersiapkan langkah-langkah untuk menangkapnya.
Sementara itu dilansir dari The New Arab, Menteri Luar Negeri Israel, Yisrael Katz menulis di X bahwa terpilihnya Sinwar mengirimkan pesan yang jelas bahwa masalah Palestina sekarang sepenuhnya dikendalikan oleh Iran dan Hamas. Media Israel dikabarkan sangat mendukung penunjukan tersebut dan menyoroti pergeseran basis kekuatan gerakan tersebut sepenuhnya ke Gaza.
Penunjukan Sinwar dianggap sebagai sinyal bahwa Hamas berkomitmen untuk melanjutkan perjuangannya dan tetap memperkuat posisinya di Gaza, meskipun menghadapi tekanan internasional dan serangan militer dari Israel.
Dengan penunjukan Yahya Sinwar, Hamas menunjukkan bahwa mereka tetap solid dan bersatu dalam menghadapi tantangan ke depan. Juga sambil mengirimkan pesan kepada Israel dan komunitas internasional tentang kekuatan dan tekad mereka melawan pendudukan Israel di tanah Palestina.
REUTERS | AL JAZEERA | NEW ARAB
Pilihan editor: Hamas: Penunjukan Yahya Sinwar Jadi Peringatan untuk Israel