TEMPO.CO, Jakarta -Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dhaka di Bangladesh mengimbau warga negara Indonesia yang berada di sana untuk menghindari kerumunan massa dan lokasi demonstrasi, setelah unjuk rasa mahasiswa mencapai kulminasi pada mundurnya Perdana Menteri Sheikh Hasina.
KBRI Dhaka meningkatkan status kedaruratan di Bangladesh dari Siaga III menjadi Siaga II setelah “mencermati perkembangan situasi dan kondisi keamanan terkini”.
“Memperhatikan keselamatan dan keamanan, diimbau kepada para WNI di Bangladesh untuk meningkatkan kewaspadaan, mengurangi aktivitas luar rumah untuk hal-hal non-esensial, serta menghindari kerumunan massa dan lokasi demonstrasi,” kata perwakilan RI tersebut pada Senin malam, 5 Agustus 2024.
Bangladesh telah dilanda kekerasan sejak para mahasiswa melakukan demonstrasi terhadap sistem kuota, yang mengalokasikan beberapa pekerjaan pemerintah untuk keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh pada 1971 dari Pakistan.
Sistem itu dianggap menguntungkan sekutu-sekutu partai Hasina, Liga Awami.
Protes tersebut kemudian meningkat menjadi upaya penggulingan Hasina, yang ditanggapi dengan tindakan keras oleh pihak berwenang dan mengakibatkan sekitar 250 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
Bangladesh, yang pernah menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia, akhir-akhir ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat, inflasi, dan pengangguran.
Para WNI yang berada di sana diimbau untuk terus menjaga komunikasi dan mengikuti langkah-langkah kontingensi yang ditetapkan KBRI Dhaka.
Sementara itu, WNI yang memiliki rencana perjalanan ke Bangladesh diimbau untuk menundanya sampai “situasi dan kondisi keamanan membaik”, kata KBRI Dhaka.
Dalam kondisi darurat, WNI di Bangladesh dapat segera melaporkan kondisi kepada otoritas keamanan setempat dan menghubungi hotline KBRI Dhaka di nomor (+880) 1614444552.
Pilihan Editor: Militer Bangladesh Ambil Alih Pemerintahan Usai Sheikh Hasina Mundur
REUTERS