TEMPO.CO, Jakarta - Al Jazeera "dengan tegas" menolak tuduhan Israel yang "tidak berdasar" bahwa korespondennya, Ismail al-Ghoul, yang terbunuh dalam serangan Israel di Gaza, adalah seorang anggota Hamas.
Jaringan yang berbasis di Doha itu, Kamis, 1 Agustus 2024, mengatakan bahwa tuduhan tersebut, yang disampaikan Israel tanpa bukti, merupakan upaya untuk membenarkan "pembunuhan yang disengaja" terhadap al-Ghoul dan juru kamera pendampingnya, Rami al-Rifi.
Kedua jurnalis Al Jazeera itu terbunuh dalam sebuah serangan udara Israel terhadap kendaraan mereka di kamp pengungsi Shati, Gaza utara, pada Rabu.
Sejarah Panjang Kebohongan Israel
Al Jazeera Media Network mengatakan tuduhan terhadap al-Ghoul "menyoroti sejarah panjang Israel yang penuh dengan kepalsuan dan bukti palsu yang digunakan untuk menutupi kejahatannya yang keji", menggarisbawahi bahwa negara tersebut telah melarang jurnalis internasional untuk masuk ke Gaza.
"Selain itu, pasukan pendudukan Israel sebelumnya telah menculik Ismail pada 18 Maret 2024, saat penyerbuan mereka ke Rumah Sakit al Shifa, menahannya selama beberapa waktu sebelum dibebaskan, yang menyanggah dan membantah klaim palsu mereka tentang afiliasi Ismail dengan organisasi mana pun," tambah jaringan tersebut.
Koresponden yang terbunuh itu mengatakan pada saat itu bahwa pasukan Israel menahannya bersama wartawan lain dan memaksa mereka untuk berbaring tengkurap dengan mata tertutup dan tangan diikat selama beberapa jam.
"Ismail bergabung dengan Al Jazeera pada November 2023, mendedikasikan seluruh waktu dan upayanya untuk meliput perang di Gaza, mendokumentasikan kekejaman pasukan Israel di Kota Gaza dan melaporkan penderitaan warga Palestina yang tak terhitung di Gaza," ujar Al Jazeera Media Network, Kamis.
"Al Jazeera Media Network menyerukan investigasi internasional yang independen atas kejahatan brutal dan keji yang dilakukan oleh pasukan penjajah Israel terhadap jurnalis dan stafnya sejak dimulainya perang di Gaza."
Tuduhan tanpa Bukti Israel
Dalam pernyataannya, militer Israel tampaknya menegaskan bahwa mereka sengaja menargetkan al-Ghoul, dan membanggakan bahwa jurnalis tersebut telah "dilenyapkan".
"Sebagai bagian dari perannya di sayap militer, al-Ghoul menginstruksikan anggota lain tentang bagaimana merekam operasi dan secara aktif terlibat dalam merekam dan mempublikasikan serangan terhadap pasukan [Israel]," kata militer Israel.
"Kegiatannya di lapangan merupakan bagian penting dari aktivitas militer Hamas."
Sejak pecahnya perang di Gaza, Israel telah menuduh - sebagian besar tanpa bukti - bahwa serangannya terhadap warga Palestina adalah bagian dari kampanye melawan Hamas.
Militer Israel telah mengebom sekolah-sekolah, rumah sakit dan kamp-kamp pengungsian, dengan alasan bahwa mereka menargetkan para pejuang Hamas. Serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.480 warga Palestina dan membuat sebagian besar wilayah yang terkepung menjadi puing-puing.