TEMPO.CO, Jakarta - Tanah longsor melanda perkebunan teh dan desa-desa di Kerala, India selatan, pada Selasa, menewaskan sedikitnya 108 orang saat mereka sedang tidur. Hal ini dipicu hujan lebat tak terduga yang meruntuhkan lereng bukit dan memicu aliran lumpur, air, dan batu-batu besar yang berjatuhan.
Lereng bukit runtuh setelah tengah malam menyusul hujan lebat pada Senin di distrik Wayanad di Kerala, sebuah negara bagian yang dikenal sebagai salah satu tujuan wisata paling populer di India. Sebagian besar korban adalah pekerja perkebunan teh dan keluarganya yang tinggal di rumah kecil atau tempat penampungan sementara.
Tayangan televisi menunjukkan petugas penyelamat berusaha menerobos pohon-pohon yang tumbang dan bangunan-bangunan seng yang rata, sementara batu-batu besar berserakan di lereng bukit dan air berlumpur mengalir deras. Tim penyelamat ditarik ke seberang sungai, membawa tandu dan peralatan lainnya untuk menyelamatkan orang-orang.
Setidaknya 108 orang tewas akibat tanah longsor, 128 orang terluka dan puluhan lainnya masih belum ditemukan, kata pihak berwenang negara bagian. Televisi lokal Asianet menyebutkan jumlah korban tewas lebih tinggi yaitu 119 orang.
Tanah longsor yang terjadi pada Selasa adalah bencana terburuk di negara bagian itu sejak 2018 ketika banjir besar menewaskan hampir 400 orang.
“Masih ada orang yang terjebak di bawah tanah dan hanyut,” kata Ketua Menteri Kerala Pinarayi Vijayan kepada wartawan. "Operasi penyelamatan akan dilanjutkan dengan segala kekuatan dan sarana yang ada."
Lebih dari 3.000 orang telah dievakuasi dari daerah tersebut dan ditampung di 45 kamp bantuan di distrik tersebut, katanya, seraya menambahkan bahwa ratusan personel, termasuk tentara, menggunakan drone dan anjing pelacak untuk mencari korban yang selamat.
Vijayan, salah satu korban selamat yang hanya disebutkan satu namanya, mengaku terbangun di tengah malam karena merasakan tanah berguncang dan melihat tiang listrik tumbang.
“Saya dan beberapa tetangga berlari ke rumah-rumah terdekat di mana kami mendengar teriakan minta tolong dan membawa beberapa orang yang terluka ke tempat yang aman,” katanya kepada Asianet.
“Ayah, ibu, saudara perempuan dan anak perempuan saya ada di dalam rumah dan ketika saya berjalan ke arah mereka, tanah longsor berikutnya terjadi dengan suara menderu,” katanya. “Saya berpegangan pada jeruji jendela ketika saya melihat ibu dan saudara perempuan saya menghilang di bawah lumpur, saya tidak bisa berbuat apa-apa.”