TEMPO.CO, Jakarta - Israel dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon terjebak dalam kebuntuan yang tegang setelah serangan roket di kota Druze, Majdal Shams, yang menewaskan sedikitnya 12 orang, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak yang sedang bermain sepak bola, dan melukai 30 orang.
Militer Israel menuduh Hizbullah yang melakukan serangan pada Sabtu, 28 Juli 2024, sebuah tuduhan yang dibantah oleh kelompok tersebut. Israel telah menembakkan serangkaian rudal ke Lebanon sejak saat itu, meskipun ada seruan internasional untuk menahan diri di tengah-tengah kekhawatiran akan terjadinya eskalasi menjadi perang besar.
Di tengah-tengah ketegangan terbaru ini terdapat sebidang tanah seluas 1.800 km persegi yang telah lama menjadi titik api di Levant: Dataran Tinggi Golan.
Apa itu Dataran Tinggi Golan?
Dataran Tinggi Golan adalah dataran tinggi berbatu di barat daya Suriah, sekitar 60 km di sebelah selatan Damaskus. Dataran tinggi ini berbatasan dengan sungai Yarmuk di selatan dan Laut Galilea di barat.
Golan tersebar di atas batuan basal yang terjal. Tanah berbukitnya subur, dan tanah vulkaniknya menumbuhkan kebun apel dan ceri serta kebun anggur.
Wilayah ini memiliki sumber air penting yang mengaliri Sungai Yordan, termasuk Sungai Hasbani, yang mengalir dari Lebanon dan melalui Golan.
Dataran Tinggi Golan adalah milik siapa, dan siapa yang mengendalikannya?
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui wilayah tersebut sebagai bagian dari Suriah.
Namun, selama Perang Enam Hari pada 1967, Israel menduduki Dataran Tinggi Golan. Saat ini, Israel menguasai 1.200 km persegi bagian barat wilayah tersebut. Hampir segera setelah militer Israel mendudukinya, permukiman Israel mulai tumbuh. Saat ini, lebih dari 30 pemukiman Israel berada di wilayah tersebut, di mana lebih dari 25.000 orang Yahudi Israel tinggal.
Zona penyangga yang dipantau PBB memisahkan wilayah yang diduduki Israel dari bagian lain yang masih berada di bawah kendali Suriah.
Majdal Shams berada di bagian timur laut wilayah yang diduduki Israel.