TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan para menteri Israel ke Kota Majdal Shams di wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan telah membuat marah warga Druze, menurut media Israel.
Lebih dari selusin menteri dan anggota parlemen Israel atau Knesset mengunjungi kota Druze utara Majdal Shams pada hari Sabtu dan Minggu, setelah serangan roket mematikan yang menyebabkan sedikitnya 12 anak tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Israel menuding serangan ini dilakukan kelompok Hizbullah asal Lebanon, meski telah dibantah.
Channel 13 melaporkan para pengunjuk rasa yang marah meneriaki Menteri Keuangan Bezalel Smotrich yang dikenal sebagai salah satu tokoh ekstremis sayap kanan Yahudi. Massa memintanya untuk pergi.
“Keluar dari sini, penjahat, kami tidak ingin kamu berada di Golan,” kata seseorang, menurut media tersebut.
“Kami ingin ketenangan dan kami tidak mendapatkannya. Kami bosan dengan janji-janji Anda,” teriak orang lain.
Menteri Ekonomi Nir Barkat, Menteri Lingkungan Hidup Idit Silman dan Menteri Energi Eli Cohen termasuk di antara mereka yang menerima ejekan, menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.
Seorang tentara cadangan Druze berseragam militer mengatakan kepada Barakat: “Sekarang kamu datang ke sini?! Dia sudah berbulan-bulan tidak datang ke sini. Sebuah drone di atas Tel Aviv akan menjungkirbalikkan Yaman. Mengapa Beirut masih ada sampai sekarang?”
Salah satu penduduk kota mengatakan kepada para menteri: “Anda datang untuk menari di atas darah anak-anak kami.”
Anggota Knesset yang berkunjung termasuk pemimpin oposisi MK Yair Lapid (Yesh Atid) bersama empat anggota MK Yesh Atid, dan ketua Persatuan Nasional MK Benny Gantz.
Beberapa anggota MK memberikan keterangan di lokasi ledakan.
“Anak-anak yang meninggal di lapangan sepak bola ini bisa jadi adalah anak-anak salah satu dari kita,” kata Lapid. "Tugas negara adalah menjaga keamanan anak-anak. Anak-anak tidak boleh mati dalam perang antar orang dewasa. Negara gagal, pemerintah gagal," kata Lapid, seraya menambahkan bahwa "responnya akan sangat parah dan akan berdampak di seluruh Timur Tengah."
Ynet melaporkan pada Minggu bahwa ketua forum otoritas Druze, Jaber Jadvan, telah mengirimkan surat kepada MK meminta mereka untuk tidak menghadiri pemakaman anak-anak yang terbunuh.
Menurut laporan tersebut, Jadvan menulis bahwa "karena sensitifnya situasi, kami meminta Anda untuk tidak mengubah pembantaian tersebut menjadi peristiwa politik. Kami meminta pemakaman keagamaan yang tenang sesuai dengan adat Druze."
Pilihan Editor: Hizbullah: Insiden Golan Berhubungan dengan Alat Pertahanan Israel
AL JAZEERA | YNET | THE JERUSALEM POST