TEMPO.CO, Jakarta - Iran akan mengadakan pemilihan presiden baru pada 28 Juni 2024, menyusul meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter di Azerbaijan Timur akhir pekan lalu.
Tanggal pemilihan ini ditentukan dalam pertemuan yang berlangsung pada Senin, menurut laporan kantor berita Tasnim pada Selasa, 21 Mei 2024. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Mokhber, yang kini menjabat sebagai penjabat presiden, bersama dengan Ketua Kehakiman Gholamhossein Mohseni-Ejei dan Ketua Parlemen Mohammad Baqer Qalibaf.
Pemerintah Iran sebelumnya mengumumkan pada Ahad sore, 19 Mei 2024, bahwa helikopter yang membawa Raisi dan delegasinya melakukan pendaratan darurat di Azerbaijan Timur. Dari tiga helikopter konvoi pemerintah, dua berhasil mendarat dengan aman. Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dan enam penumpang serta awak helikopter juga berada dalam helikopter yang jatuh bersama Raisi.
Media pemerintah Iran mengonfirmasi kematian semua penumpang pada Senin, 20 Mei 2024, setelah tim pencarian dan penyelamatan menyatakan tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di puing-puing helikopter.
Berdasarkan Pasal 131 Konstitusi Iran, Wakil Presiden Pertama akan mengambil alih kekuasaan eksekutif jika presiden tidak dapat menjalankan tugasnya. Presiden sementara wajib mengatur pemilihan presiden baru dalam waktu maksimal 50 hari. Wakil presiden harus membentuk dewan yang terdiri dari ketua parlemen, ketua kehakiman, dan dirinya sendiri untuk mengatur pemilihan tersebut.
Dewan yang mengadakan pertemuan pada Senin tersebut memutuskan bahwa pemilihan presiden harus dilaksanakan pada Jumat, 28 Juni 2024, setelah mendapatkan persetujuan awal dari Dewan Konstitusi. Peraturan ini juga menetapkan jadwal pembentukan delegasi pelaksana pemilu, pendaftaran calon, dan proses kampanye pemilu.
Calon kandidat dapat mendaftar dari 30 Mei hingga 3 Juni, sedangkan masa kampanye pemilu akan berlangsung dari 12 hingga 27 Juni 2024.
Siapa calon pengganti favorit?
Dilansir dari berbagai sumber, ada beberapa nama yang mampu masuk ke dalam bursa nama pemilihan Presiden Iran nanti.
Mohammad Mokhber
Setelah menjabat sebagai wakil presiden Raisi sejak 2021, Mokhber dianggap dekat dengan Khamenei, yang memiliki keputusan akhir dalam semua urusan negara. Ketika kematian Raisi diumumkan pada Senin lalu, Mokhber mengambil alih sebagai presiden sementara sesuai dengan konstitusi Iran.
Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Mokhber. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Mokhber adalah bagian dari tim pejabat Iran yang mengunjungi Moskow pada bulan Oktober dan setuju untuk memasok rudal permukaan-ke-permukaan dan lebih banyak drone ke militer Rusia. Tim tersebut juga termasuk dua pejabat senior dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran dan seorang pejabat dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi.
Mohammad Baqer Qalibaf
Qalibaf merupakan Ketua Parlemen Iran sejak 2020 dan pernah menjadi walikota Tehran dari 2005 hingga 2017. Dia juga pernah menjadi kepala polisi Iran dari 2000 hingga 2005 dan komandan angkatan udara IRGC dari 1997 hingga 2000.
Jika Qalibaf mencalonkan diri, maka ini akan menjadi upaya keempatnya.
Pencalonan Qalibaf sebagai presiden dimulai dari 2009 ketika pencalonannya ditolak oleh Dewan Wali Iran. Pada 2013, dia menjadi runner-up setelah mantan presiden Hassan Rouhani. Pada 2017, dalam upaya ketiganya, Ghalibaf mundur untuk membuka jalan bagi pertarungan dua orang antara Rouhani dan Raisi.
Ali Larijani
Mantan ketua parlemen, yang menjabat dari 2008 hingga 2020, kemungkinan akan membuat upaya kedua untuk mencalonkan diri sebagai presiden bulan depan.
Dalam perpolitikan Iran, Larijani dianggap sebagai suara konservatif yang menonjol yang kemudian bersekutu dengan presiden moderat Iran, Rouhani. Sebelumnya, ia menempati posisi keenam dalam pemilihan 2005 ketika dia memperoleh 5,83 persen suara.
Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani di Teheran, Iran pada 13 November 2016 [Fatemeh Bahrami / Anadolu Agency]
Larijani kemudian menjadi ketua parlemen Iran selama sekitar 12 tahun, mengundurkan diri ketika Qalibaf terpilih sebagai gantinya.
Keluarga Larijani termasuk anggota terkemuka teokrasi Iran, dengan saudara ulama pernah menjabat sebagai kepala kehakiman Iran. Ayahnya adalah seorang ayatollah terkemuka.
Mohammad Javad Zarif
Zarif merupakan salah satu politisi paling populer di Iran. Pandangannya tentang kebijakan luar negeri, termasuk perlunya kesepakatan dengan AS, dan keterampilan negosiasinya dalam mencapai pakta pada tahun 2015, berkontribusi pada popularitasnya.
Kelompok konservatif Iran melihat Zarif sebagai ancaman terbesar mereka, tetapi banyak yang percaya bahwa dia tidak akan mendapatkan persetujuan dari Dewan Wali, karena lembaga tersebut tidak cukup mempercayainya untuk mengizinkannya mencalonkan diri kecuali Khamenei campur tangan.
Saeed Jalili
Jalili adalah seorang tokoh dari kelompok konservatif Iran, sering dikenal sebagai garis keras, adalah kepala negosiator nuklir selama beberapa tahun dari 2007.
Jalili adalah tokoh radikal yang menentang interaksi apa pun dengan AS dan perjanjian dengan Washington. Dia meluncurkan dua tawaran yang gagal untuk menjadi presiden pada tahun 2013 dan 2021..
Saat ini, Jalili adalah anggota Dewan Kebijaksanaan, sebuah badan penasihat administratif yang awalnya dibentuk untuk menyelesaikan perbedaan atau konflik antara parlemen dan Dewan Wali Iran. Dia juga pernah bertugas dalam Perang Iran-Irak sebagai anggota sukarelawan Basij.
MICHELLE GABRIELA | NABILA AZZAHRA | THE NATIONAL NEWS | MIDDLE EAST EYE
Pilihan editor: Ini Faktor-faktor yang Mungkin Menyebabkan Kecelakaan Helikopter Presiden Iran