Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Iran Akan Luncurkan 2 Satelit pada Juli Nanti, Mengapa Amerika Serikat Khawatir?

image-gnews
Satelit militer pertama bernama Noor diluncurkan ke orbit oleh Iran, di Semnan, Iran 22 April 2020.(WANA/SEPAH NEWS VIA REUTERS)
Satelit militer pertama bernama Noor diluncurkan ke orbit oleh Iran, di Semnan, Iran 22 April 2020.(WANA/SEPAH NEWS VIA REUTERS)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Antariksa Iran (ISA), Hasan Salarieh, pada Sabtu, 23 Juni 2024, mengumumkan rencana peluncuran dua satelit pada Juli mendatang. Salarieh mengatakan kepada kantor berita Iran, IRNA, bahwa kompatibilitas dan pengujian bersama terhadap satelit dan peluncurnya saat ini sedang berlangsung. Namun, ia memperingatkan bahwa pengujian teknis semacam itu sangat “sensitif” dan mungkin menyebabkan penundaan peluncuran karena masalah teknis yang tidak terduga.

Salarieh mengungkapkan bahwa sekitar 30 satelit saat ini sedang dalam tahap desain dan pengembangan. Proyek semacam ini, kata dia, biasanya memerlukan jangka waktu sekitar dua tahun atau lebih. Di antara satelit yang sedang dikerjakan adalah Nahid-3, Pars-3, dua satelit radar, Pars-2, serta versi Pars-1 yang ditingkatkan. Salarieh yakin bahwa satelit jenis Pars-2 dan Pars-1 yang ditingkatkan siap diluncurkan pada tahun ini.

Salarieh juga mengumumkan bahwa proyek satelit radar pertama Iran akan selesai tahun depan. Selain itu, dia mengatakan bahwa model uji proyek sistem satelit pertama Iran itu diberi nama Qasim Soleimani, yang mengacu pada nama Komandan Pasukan Elite Al-Quds Korps Garda Revolusi Iran yang tewas dalam serangan drone Amerika Serikat pada 3 Januari 2020.

Pada April 2024 lalu, Salarieh telah mengumumkan rencana ISA untuk meluncurkan 5-7 satelit ke orbit dalam 12 bulan ke depan. Ini di luar rencana Korps Garda Revolusi Iran yang akan meluncurkan juga satelitnya sendiri. Salarieh menyatakan, sebagian peluncuran akan dilakukan di Bandar Antariksa Chabahar, sementara dua satelit lain akan diluncurkan dari luar Iran. Menurutnya, satelit-satelit itu terutama berfungsi untuk menangani telekomunikasi, pengukuran, dan riset.

Iran sedang serius mengembangkan teknologi peluncuran satelitnya. Menurut IRNA, ISA berhasil meluncurkan satelit riset Mahda, Keyhan-2, dan Hatef-1 dengan roket Simorgh pada 28 Januari 2024. Sepekan sebelumnya, ISA juga mengumumkan telah berhasil meluncurkan Soraya, satelit buatan Iran, ke orbit pada ketinggian 750 kilometer dari permukaan bumi.

Iran menyatakan bahwa peluncuran satelit ini untuk kepentingan telekomunikasi dan riset. Tetapi, negara-negara Barat selalu khawatir teknologi itu akan dipakai untuk kepentingan militer, terutama membawa hulu ledak nuklir, yang akan meningkatkan kemampuan rudal nuklir Iran ke tingkat antar-benua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut NPR, jaringan media nirlaba Amerika, penilaian ancaman global tahun 2023 yang dilakukan komunitas intelijen Amerika mengatakan bahwa pengembangan kendaraan peluncuran satelit “memperpendek jangka waktu” bagi Iran untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua karena negara tersebut menggunakan teknologi serupa. Laporan tersebut secara khusus menyebut Simorgh sebagai roket yang dapat digunakan secara ganda untuk kepentingan tersebut.

Amerika mengatakan bahwa peluncuran satelit Iran pada Januari 2024 itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan meminta Teheran untuk tidak melakukan aktivitas yang melibatkan rudal balistik yang mampu menghasilkan senjata nuklir. Sanksi PBB mengenai program rudal balistik Iran telah berakhir pada Oktober 2023. Prancis, Jerman, dan Inggris juga mengecam peluncuran satelit Iran itu.

Program nuklir Iran dimulai pada 1950-an dengan dukungan Amerika Serikat di bawah program Atom untuk Perdamaian. Pada 1970, Iran meratifikasi Traktat Perlucutan Senjata Nuklir (NPT), yang membuat aktivitas nuklir negeri itu terbuka untuk diawasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Namun, setelah Revolusi Islam Iran pada 1979, hubungan Iran dan Amerika putus.

Sejak itu, Iran dituduh diam-diam mengembangkan senjata nuklir. Pemerintah Iran membantah tuduhan itu dan menyatakan bahwa pengembangan nuklirnya untuk tujuan damai, termasuk memenuhi kebutuhan energinya. Selain itu, ulama Iran telah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan senjata nuklir.

Pilihan editor:

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Siapakah Hashem Safieddine, Calon Pemimpin Baru Hizbullah?

1 jam lalu

Hashem Safieddine. Wikipedia
Siapakah Hashem Safieddine, Calon Pemimpin Baru Hizbullah?

Hashem Safieddine adalah sepupu mendiang pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah yang tewas dibunuh Israel


Lil Wayne dan Prestasinya di Dunia Musik Hip Hop

2 jam lalu

Lil Wayne. AP/The Buffalo News
Lil Wayne dan Prestasinya di Dunia Musik Hip Hop

Nama penyanyi Lil Wayne di dunia musik Hip Hop tidak diragukan lagi. Ia banyak mendapatkan prestasi dan menginspirasi generasi penyanyi baru.


Pimpinan Hizbullah Dilaporkan Tewas, Iran Amankan Pemimpin Tertinggi

2 jam lalu

Pimpinan Hizbullah Dilaporkan Tewas, Iran Amankan Pemimpin Tertinggi

Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah dipindahkan ke lokasi yang aman menyusul klaim kematian pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Lebanon


Benjamin Netanyahu Mengutuk Iran di Sidang Umum PBB

10 jam lalu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di hadapan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-79 di markas besar PBB di New York, AS, 27 September 2024. REUTERS/Mike Segar
Benjamin Netanyahu Mengutuk Iran di Sidang Umum PBB

Benjamin Netanyahu beralasan serangan yang dilakukannya pada Hizbullah di Lebanon adalah bentuk pertahanan.


Top 3 Dunia: Persenjataan Nuklir Rusia hingga Israel Tolak Gencatan Senjata di Lebanon

15 jam lalu

Presiden Turki Tayyip Erdogan di Ankara, Turki, 4 September 2024. REUTERS/Murad Sezer/File
Top 3 Dunia: Persenjataan Nuklir Rusia hingga Israel Tolak Gencatan Senjata di Lebanon

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 27 September 2024 diawali peringatan Putin bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika diserang


Kunjungi AS, Zelensky Sempatkan Bertemu Donald Trump yang Kerap Kritik Bantuan ke Ukraina

1 hari lalu

Donald Trump dan Amer Ghalib. Facebook
Kunjungi AS, Zelensky Sempatkan Bertemu Donald Trump yang Kerap Kritik Bantuan ke Ukraina

Pertemuan ini merupakan sebuah kejutan, mengingat Zelensky sudah bertemu dengan Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris


Fakta-fakta tentang Persenjataan Nuklir Rusia, yang Terbesar di Dunia

1 hari lalu

Rudal balistik antarbenua Sarmat diluncurkan selama uji coba di kosmodrom Plesetsk di wilayah Arkhangelsk, Rusia, Rabu, 20 April 2022. Rusia mengatakan telah melakukan uji peluncuran pertama rudal balistik antarbenua Sarmat, persenjataan nuklir yang menurut Presiden Vladimir Putin akan membuat musuh mereka ciut. Kementerian Pertahanan Rusia/Handout via REUTERS
Fakta-fakta tentang Persenjataan Nuklir Rusia, yang Terbesar di Dunia

Rusia mewarisi senjata nuklir Uni Soviet sehingga kini Putin menguasai sekitar 5.580 hulu ledak nuklir, yang terbesar di dunia.


Israel Menolak Seruan Gencatan Senjata dengan Hizbullah

1 hari lalu

Asap mengepul di Lebanon selatan saat Israel melancarkan serangan, yang terlihat dari Tyre, Lebanon 25 September 2024. Prancis tengah berupaya untuk mencapai kesepakatan mengenai usulan gencatan senjata selama 21 hari dalam konflik Lebanon antara Israel dan Hizbullah. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Israel Menolak Seruan Gencatan Senjata dengan Hizbullah

Israel menolak seruan dunia agar mau gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon. Tel Aviv adalah sekutu dekat Amerika Serikat


Recep Tayyip Erdogan Berharap Punya Hubungan Baik dengan Amerika Serikat

1 hari lalu

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Tayyip Erdogan selama konferensi pers bersama di Gedung Putih di Washington, AS, 13 November 2019. [REUTERS / Joshua Roberts]
Recep Tayyip Erdogan Berharap Punya Hubungan Baik dengan Amerika Serikat

Recep Tayyip Erdogan berharap siapapun nanti yang memimpin Amerika Serikat, bisa memperbaiki hubungan kedua negara ke arah yang lebih baik.


Respons AS, Jerman, dan Prancis atas Bentrok Berlarut-larut Israel Hizbullah di Lebanon Selatan

1 hari lalu

Respons AS, Jerman, dan Prancis atas Bentrok Berlarut-larut Israel Hizbullah di Lebanon Selatan

Di konflik Israel Hizbullah AS sudah memperingatkan Israel bahwa gempuran itu dapat menggagalkan upaya diplomatik, dan memicu perang kawasan.