TEMPO.CO, Jakarta - Dua anggota aktif Angkatan Udara Amerika Serikat ingin keluar dari dinas militer dan menjadi pembangkang atas dukungan Washington terhadap militer Israel dalam perang Gaza.
Larry Hebert dan Juan Bettancourt mengatakan bahwa mereka tidak lagi ingin mengabdi kepada militer AS karena perannya dalam perang, yang telah menewaskan lebih dari 37.400 orang Palestina, kebanyakan anak-anak dan wanita.
Mereka secara resmi telah meminta, melalui prosedur yang ada di militer, untuk menjadi conscientious objectors, yaitu orang-orang yang menolak untuk berpartisipasi dalam dinas militer dengan alasan etika atau moral.
Hebert, seorang penerbang senior yang bertugas aktif di Angkatan Udara AS, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ada sejarah panjang mengenai conscientious objector dari AS, termasuk sebagai bentuk protes terhadap perang di Vietnam dan Irak.
Dia mengatakan bahwa dia berharap dapat menyoroti bahwa menjadi seorang conscientious objector adalah sebuah pilihan bagi para tentara AS yang bertugas aktif.
"Saya pikir banyak anggota militer yang tidak mengetahui sepenuhnya apa itu dan apa saja hak-hak mereka," katanya.
Saat sedang cuti dari tugas pada bulan April, Hebert melakukan protes di luar Gedung Putih, menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza dan penghentian pengiriman senjata AS ke Israel.
Hebert sebelumnya mengatakan kepada penyiar AS, NBC News, bahwa kematian Hind Rajab yang berusia enam tahun pada bulan Februari lalu merupakan titik balik.
Mobil keluarga Rajab menjadi sasaran tank-tank Israel dan ia memohon pertolongan melalui telepon saat ia terdampar di dalam mobil bersama kerabatnya yang telah meninggal.
"Dia hampir mirip dengan putri saya, dan itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dipahami, yaitu bahwa semua anak-anak ini memiliki aspirasi dan impian serta kehidupan yang banyak dari kita jalani dan inginkan, dan sepenuhnya tidak dapat dibenarkan untuk mendukung apa yang sedang terjadi," kata Hebert kepada NBC News, seraya menambahkan bahwa dia bekerja dalam sebuah operasi AS yang menyediakan penjualan senjata kepada Israel.
Penerbang Juan Bettancourt juga mengatakan bahwa ia tidak dapat mendukung peran AS setelah menonton berita Gaza.
"Saya melihat pembantaian ribuan warga sipil tak berdosa sementara dunia menyaksikan melalui ponsel pintar mereka," kata Bettancourt kepada NBC, yang melaporkan bahwa angkatan udara telah menindaklanjuti 36 permohonan conscientious objector yang diajukan sejak awal 2021, 29 di antaranya dikabulkan.
Dengan mengajukan keberatan secara terbuka, mereka berharap dapat memengaruhi posisi AS dalam mendukung Israel.
Mereka juga telah dipengaruhi oleh Aaron Bushnell, penerbang AS yang membakar diri pada bulan Februari sebagai bentuk protes terhadap perang Gaza.
AS telah menyediakan ribuan bom besar, bersama dengan amunisi dan peralatan lainnya, serta dukungan intelijen, kepada militer Israel sejak dimulainya perang di Gaza.
Senjata-senjata tersebut, termasuk bom seberat 907 kg, telah berulang kali digunakan dalam serangan berskala besar yang menewaskan banyak warga sipil, termasuk dalam serangan terhadap sekolah-sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang kini digunakan sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi Palestina.
Namun pada awal pekan ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merilis sebuah pernyataan video yang mengkritik keras AS karena "menahan senjata dan amunisi ke Israel" dalam beberapa bulan terakhir.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Aktivis Pro-Palestina di London Bersumpah untuk Terus Protes demi Gaza