TEMPO.CO, Jakarta - Mesir akan membuka perbatasannya dengan Gaza di tengah upaya diplomatik untuk menyalurkan bantuan ke wilayah yang telah dihujani bom Israel sebagai balasan atas serangan Hamas, Sabtu, 7 Oktober 2023.
Selain pemboman besar-besaran, Israel juga memberlakukan blokade ketat, dan mempersiapkan invasi darat ke Gaza.
Ratusan metrik ton bantuan dari beberapa negara tertahan di Semenanjung Sinai Mesir selama berhari-hari sambil menunggu kesepakatan untuk pengiriman yang aman ke Gaza dan evakuasi beberapa pemegang paspor asing melalui Rafah.
"Rafah akan dibuka kembali. Kami bersama-sama dengan PBB, Mesir, Israel, dan negara-negara lain sedang menyusun sebuah mekanisme untuk menyalurkan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken usai pertemuan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Minggu, 15 Oktober 2023.
Blinken tidak memberikan waktu spesifik kapan penyeberangan tersebut dibuka kembali. Diplomat veteran AS David Satterfield, yang ditunjuk sebagai utusan khusus untuk masalah kemanusiaan Timur Tengah, akan tiba di Mesir pada Senin untuk membicarakan rinciannya, kata Blinken.
Presiden AS Joe Biden telah mendesak Israel untuk mengikuti hukum perang dalam menanggapi serangan Hamas, dan pada hari Minggu mengatakan dalam sebuah postingan di media sosial bahwa “mayoritas warga Palestina tidak ada hubungannya dengan serangan mengerikan Hamas dan mereka menderita”.
Dalam wawancara CBS 60 Minutes yang disiarkan pada hari Minggu, Biden juga mengatakan Israel perlu melenyapkan Hamas, tetapi memperingatkan bahwa menduduki Gaza adalah sebuah kesalahan.
NBC News, mengutip seorang pejabat Palestina, melaporkan perbatasan Rafah akan dibuka pada pukul 9 pagi (13.00 WIB) pada hari Senin. Mengutip sumber keamanan, ABC News melaporkan perbatasan akan dibuka selama beberapa jam pada hari Senin, tanpa memberikan rincian.
Israel sebelumnya mendesak warga Gaza yang kelelahan untuk mengungsi ke selatan, seperti dilakukan ratusan ribu orang di daerah kantong yang terkepung dan dihuni lebih dari 2 juta orang. Hamas, yang menguasai Gaza, telah meminta masyarakat untuk mengabaikan pesan Israel.
“Hamas selalu mengatakan bahwa tidak ada kata menyerah, yang ada hanya kebebasan dan keadilan,” kata kelompok militan tersebut dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Warga Palestina di Gaza mengatakan pengeboman Israel Minggu malam adalah yang terberat sejak mereka melancarkan serangan balasan pekan lalu. Pengeboman terutama terjadi di Kota Gaza, dengan serangan udara menghantam daerah sekitar dua rumah sakit utama di kota tersebut, kata mereka.
Cadangan bahan bakar di semua rumah sakit di Jalur Gaza diperkirakan hanya bertahan sekitar 24 jam lagi, sehingga membahayakan ribuan pasien, kata kantor kemanusiaan PBB (OCHA) pada Senin.
Pihak berwenang di Gaza mengatakan setidaknya 2.670 orang sejauh ini telah tewas akibat serangan balasan Israel, seperempat dari mereka adalah anak-anak, dan hampir 10.000 orang terluka. Sebanyak 1.000 orang lainnya hilang dan diyakini berada di bawah reruntuhan.
Para pejabat pemerintah AS mengatakan mereka melakukan mobilisasi untuk membantu meringankan krisis kemanusiaan di Gaza, dan mengantisipasi serangan darat yang brutal.
REUTERS
Pilihan Editor: Tikam Bocah Muslim hingga tewas, Pemilik Properti Didakwa Kejahatan Rasial