TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat merelokasi kantor Kedutaan Besar mereka di Ukraina dari Ibu Kota Kyiv ke kota Lviv, yang ada di barat Ukraina. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan langkah ini diambil setelah Rusia menambah secara signifikan jumlah tentaranya di wilayah perbatasan Rusia-Ukraina.
"Serangan ke Ukraina dapat menyebabkan kekerasan yang masif, kehancuran besar-besaran, dan hilangnya nyawa tidak akan membedakan antara orang Amerika, Ukraina, dan lainnya" kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam jumpa pers, dilansir dari Reuters Selasa 15 Februari 2022.
Seorang prajurit dari Resimen Kavaleri ke-2 A.S. berada dalam kendaraan tempur saat disiapkan untuk ditempatkan ke Rumania di Rose Barracks di Vilseck, Jerman, 9 Februari 2022. Pasukan AS dipindahkan dari Jerman ke Rumania untuk melindungi sayap timur NATO dari potensi limpahan dari krisis Ukraina. REUTERS/Lukas Barth
Dalam sebuah pernyataan, Blinken juga mengatakan bahwa keputusan untuk memindahkan operasional kantor Kedutaan Besarnya ke Lviv, yang lebih dekat dengan Poldandia, karena mengkhawatirkan keselamatan para staf. Sebagian besar staf Kedutaan Besar Amerika Serikat di Ukraina, juga sudah telah diperintahkan untuk meninggalkan Ukraina.
Blinken menegaskan relokasi kedutaan ini sama sekali tidak merusak dukungan Negeri Abang Sam itu untuk kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. Dia menyatakan diplomat Amerika Serikat akan tetap melakukan kontak dengan pemerintah Ukraina.
"Amerika Serikat terus menekan Moskow untuk resolusi diplomatik," katanya.
Pejabat Amerika Serikat sebelumnya telah memberi peringatan ketika Moskow mengerahkan hingga lebih dari 100 ribu
tentara di dekat perbatasan Rusia dengan Ukraina. Mereka menilai, Rusia sewaktu-waktu bisa saja melancarkan serangan yang menghancurkan, termasuk Ibu Kota Kyiv.
Moskow membantah tuduhan Barat bahwa mereka merencanakan invasi. Rusia menuntut adanya jaminan dari negara-negara Barat bahwa NATO tidak akan mengizinkan Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya bergabung menjadi anggota NATO.
Rusia juga ingin aliansi tersebut menghentikan penyebaran senjata ke
Ukraina dan menarik mundur pasukannya dari Eropa Timur. Tuntutan Rusia tersebut ditolak mentah-mentah oleh Barat.
Sumber: Reuters
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.