TEMPO.CO, Sana'a -- Milisi Houthi di Yaman menawarkan suaka politik bagi para pangeran Arab Saudi yang dijerat korupsi jika mereka mengajukannya.
Tawaran itu dilontarkan Houthi beberapa hari setelah Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman, melakukan penangkapan besar-besaran terhadap 11 pangeran dan sejumlah mantan menteri yang dijerat kasus korupsi. Ini merupakan operasi penangkapan antikorupsi terbesar dalam sejarah modern Kerajaan Arab Saudi.
Baca juga:
Baca: Arab Saudi Bekukan 1.200 Rekening Bank Tersangka Korupsi
Putra Mahkota Pangeran Mohammed bi Salman, ketua Komisi Antikorupsi, telah menahan sedikitnya 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan bekas menteri, karena diduga melakukan korupsi. AP/Pavel Golovkin, pool
Menurut sumber yang dekat dengan pimpinan Houthi kepada media Al Jazeera,"Kami siap menawarkan perlindungan kepada setiap anggota keluarga Al Saud dan warga negara Saudi lainnya yang ingin melarikan diri dari penindasan dan pengejaran." Tawaran ini disampaikan pada Selasa, 7 Nopember 2017.
Sumber yang enggan disebutkan identitasnya ini mengatakan tawaran suaka politik 100 persen tulus. Houthi tidak berencana untuk mendapatkan keuntungan politik apapun dari situasi yang terjadi di Arab Saudi.
Baca: Didakwa Korupsi, Pangeran Arab Saudi Kehilangan Rp 13 Triliun
Pada Ahad, 5 Nopember 2017, ada 11 pangeran, empat menteri aktif, dan beberapa mantan menteri ditahan oleh Komisi Antikorupsi, yang baru dibentuk. Ini merupakan operasi penangkapan terbesar yang belum pernah terjadi negara kerajaan ini.
Orang-orang yang ditangkap seperti triliuner Pangeran Alwaleed bin Talal dan para menteri senior, yang baru saja diberhentikan seperti Pangeran Mitab bin Abdullah. Mitab sebelumnya mengepalai Garda Nasional. Lalu ada Menteri Ekonomi, Adel Faqih.
Di Arab Saudi, upaya bersih-bersih massal antikorupsi ini terjadi beberapa bulan setelah Raja Salman mengganti keponakannya, Mohammed bin Nayef dengan anaknya Mohammed sebagai putra mahkota. Mohammed bin Salman, 32, bertanggung jawab dalam mempelopori keterlibatan perang Arab Saudi di Yaman, yang telah menelan korban jiwa sekitar sepuluh ribu orang dengan 40 ribu lainnya luka-luka.
Sebelumnya, setelah terjadi penangkapan antikorupsi besar-besaran ini, Mohammed Ali al-Houthi, yang menjabat sebagai presiden dari Komite Revolusi bentukan Houthi di Yaman, mengeluarkan pernyataan. Menurut dia, siapa saja yang menjadi target penangkapan dari rezim akan diterima di Yaman. Ali merupakan sepupu dari pemimpin Houthi yaitu Abdel-Malik al-Houthi.
Baca: Pangeran Alwaleed, Miliader Arab yang Ditangkap karena Korupsi
"Kepada kerabat kerajaan Al Saud, kepada siapa saja dari keluarga kerajaan yang sedang berkuasa, kepada setiap pegawai atau orang yang merasa menjadi target dari rezim itu, kami siap untuk menyambut Anda dengan tangan terbuka untuk tinggal bersama kami sebagai saudara kami yang sedang tertindas," kata Ali lewat akun Twitternya @Moh_Alhouthi.
Houthi dan Arab Saudi sedang berperang karena kelompok minoritas dengan basis warga Syiah di Yaman ini melakukan kudeta terhadap pemerintah Yaman dukungan Saudi pada 2015.
AL JAZEERA