TEMPO.CO, Jakarta - Pengucilan yang dilakukan sejumlah negara Arab terhadap Qatar menurut pengamat Timur Tengah, hanya persoalan waktu. Sebab, Qatar selama ini dianggap sebagai negara kecil yang tidak sejalan dengan negara-negara Teluk lainnya, terutama Arab Saudi.
"Bagi Arab Saudi, Qatar tinggal menunggu waktu untuk dikucilkan, karena tidak sesuai dengan lingkungannya," kata Hamdan Basyar, pengamat Timur Tengah yang juga peneliti LIPI, dalam diskusi tentang Qatar di Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta, Sabtu, 10 Juni 2017.
Baca Juga:
Baca: 5 Hal Penting dari Krisis Qatar
Di samping perbedaan tersebut, pengucilan terjadi karena Qatar adalah negara yang lebih open-minded ketimbang negara-negara Teluk lainnya. Sifat tersebut disebabkan Qatar adalah negara yang secara geografis lebih terbuka. Wahabisme yang ada di Qatar juga berbeda dengan yang dianut Arab Saudi.
Pengajar FISIP Universitas Islam Negeri Jakarta, Ali Munhanif, mengatakan Qatar adalah negara Arab dengan ekonomi yang luar biasa meski secara luas dan jumlah penduduk terbilang kecil. Dalam hubungannya dengan negara-negara Arab di kawasan, Qatar menunjukkan sikap yang lebih independen.
"Qatar ini negara kecil yang susah diatur," kata Ali. Dia mencontohkan sikap tidak setuju Qatar terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak pada 2003. Di sisi lain, negara-negara seperti Arab Saudi mendukung invasi tersebut.
Baca: Dikeroyok Arab Saudi cs, Qatar: Kami Tak Akan Menyerah
Perasaan terancam juga disebabkan Qatar adalah negara yang mampu mereformasi diri secara internal. Ini membuat Arab Saudi khawatir berpengaruh pada konservatisme yang dianut mereka. "Jangan-jangan kalau dibiarkan bakal ada Arab Spring kedua," kata Ali.
Seperti diketahui, sejumlah ketegangan di kawasan Arab timbul setelah sejumlah negara memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Negara-negara tersebut di antaranya Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.
AMIRULLAH SUHADA