TEMPO.CO, Doha - Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, meminta kepada semua pihak menghormati kedaulatan Qatar menyusul blokade terhadap negeri itu oleh negara-negara Arab.
Baca: NHRC: Blokade Qatar Lebih Buruk daripada Tembok Berlin
Pernyataan Gabriel itu disampaikan pada Selasa, 4 Juli 2017, di Doha dalam acara jumpa pers bersama rekannya dari Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.
Kedua Menteri Luar Negeri itu bertemu di Doha untuk memecahkan masalah krisis Teluk yang telah berlangsung sebulan.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni 2017 setelah keempat negara tersebut menuding Qatar membiayai terorisme. Tudingan tersebut dibantah Qatar.
"Ada garis perbatasan yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Setiap negara memiliki kedaulatan dan harus dihormati oleh siapapun," kata Gabriel kepada wartawan.
Baca: Amnesty: Blokade Terhadap Qatar adalah Kejahatan Kemanusiaan
Dia menambahkan, "Menghormati kedaulatan sebuah bangsa adalah keniscayaan. Bila ada kesulitan maka cara yang paling ampuh adalah membicarakan persoalan tersebut melalui dialog terbuka."
Arab Saudi Cs memberikan tenggat waktu kepada Doha selama 10 hari atau hingga Ahad, 2 Juli 2017, untuk memenuhi tuntutan 13 syarat pemulihan hubungan diplomatik.
Di antara syarat tesebut adalah Qatar harus menghentikan bantuan dana terhadap kelompok militan yang menggelorakan terorisme, menutup stasiun televisi Al Jazeera dan menurunkan hubungan dengan Iran selaku rival Arab Saudi.
Namun Qatar menolak seluruh persyaratan negara-negara Arab dan Mesir karena diangap sebagai bentuk campur tangan urusan dalam negeri. Sikap Qatar itu disampaikan kepada Kuwait sebagai penengah krisis.
Gabriel mengatakan kepada wartawan, Jerman tidak akan memihak atas perselisihan Qatar dengan keempat negara Arab tersebut. Tetapi negara itu mendorong semua pihak melakukan dialog guna menghasilkan jalan keluar terbaik dalam penyelesaian krisis Teluk.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN