TEMPO.CO, Stockholm - Salju tipis turun tepat ketika Tempo mendarat di Bandar Udara Arlanda, Stockholm, Swedia pada Selasa 9 Mei 2017 lalu. Udara terasa menggigit. Terlihat di aplikasi ponsel suhu di kota itu sekitar 1 derajat celcius. Boel Lindbergh dari International Press Center yang menyambut kami beberapa kali minta maaf karena kondisi cuaca yang buruk untuk musim yang seharusnya sudah memasuki musim panas.
Menuju pusat kota, Boel mengantar kami menggunakan kereta api bandara Arlanda Express. Kereta yang melaju dengan kecepatan 180 kilometer per jam itu hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit ke Stockholm Central, stasiun sentral di pusat kota.
Dan setibanya di sana, salju kembali turun, kali ini cukup deras. Udara dingin membekap. “Ini sesuatu yang tidak biasa di bulan Mei,” kata Boel. Beruntung di Jakarta kami sudah diberitahu jika cuaca di Stockholm masih belum beranjak dari sisa-sisa musim dingin. Jaket tebal dan sebo pun dikenakan untuk berjalan dari Stockholm Central menuju hotel yang letaknya hanya sekitar 200 meter saja.
Badai salju yang melanda Stockholm langsung menjadi headline beberapa media di sana pada keesokan harinya. Boel mengatakan ini baru terjadi setelah 100 tahun. Meski masih ada salju, namun cuaca berangsur membaik. Matahari mulai muncul di tengah udara yang masih berada di kisaran 8 derajat celcius.
Warga Stockholm tampak beraktivitas seperti biasa. Keindahan Stockholm terhampar ketika cuaca bersahabat. Bangunan-bangunan tua tampak masih gagah berdiri dengan warna-warni yang cantik. Perjalanan kami arahkan ke Gamla Stan alias Kota Tua. Untuk menjangkaunya kami hanya berjalan kaki. Sebenarnya ada bus tingkat Hop On Hop Off untuk keliling kota ini. Ini adalah bus tingkat semacam City Tour di Jakarta. Tapi berjalan kaki adalah pilihan tepat untuk mengenal lebih dekat kota ini.