TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya 30 orang dilaporkan tewas di perbatasan Myanmar dan Cina dalam bentrok yang terjadi antara etnis pemberontak dan petugas keamanan setempat. Meriam dan senapan saling ditembakkan di Kota Laukkai, yang masuk ke wilayah Kokang, Myanmar.
Awal mula kerusuhan itu adalah pertengkaran akibat kelompok pemberontak yang menyamar dan mengenakan seragam aparat kepolisian. Lima orang warga dan lima petugas kepolisian, juga 20 pemberontak, dilaporkan tewas dalam kejadian tersebut.
“Berdasarkan informasi terbaru, banyak warga tak bersalah, termasuk guru di sekolah dasar, yang ikut terbunuh karena serangan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak,” ujar pemimpin Myanmar secara de facto, Aung San Su Kyi, seperti dilansir dari BBC, Selasa, 7 Maret 2017.
Kelompok pemberontak yang diduga melakukan penyerangan itu bernama The Myanmar Nationalitis Democratic Allance Army (MNDAA). Petugas keamanan setempat mengatakan kelompok pemberontak tersebut sering menargetkan serangan kepada polisi ataupun pos militer lain.
Seorang sumber dari militer Myanmar mengatakan kerusuhan itu terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Akibatnya, warga sipil tak memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk lari dan menyelamatkan diri.
BBC | GHOIDA RAHMAH