TEMPO.CO, Sanaa - Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan sedikitnya 10 ribu orang tewas dalam konflik di Yaman selama hampir dua tahun terakhir. Seperti dilansir BBC, Selasa 17 Januari 2017, laporan ini disampaikan setelah Presiden Yaman Abdrabbuh Mansour Hadi bertemu dengan utusan PBB di Kota Aden.
Badan kemanusiaan PBB menyebut angka ini masih merupakan prediksi ringan dari laporan lembaga kesehatan yang selama ini memantau para korban perang. Tapi jumlah ini belum termasuk korban luka yang kemudian tewas di rumah sakit.
Baca juga:
Baca juga:
Trump Tuding Direktur CIA Pembocor Isu Cabul Dirinya
Ruang Pers Digusur dari Gedung Putih, Wartawan AS Protes
Jet Kargo Turki Jatuh Timpa Rumah di Kirgistan, 35 Tewas
“Konflik di Yaman harus segera diselesaikan sebelum korban semakin bertambah,” kata Farhan Haq, juru bicara sekretaris jenderal PBB di New York. "Ongkos kemanusiaan sudah terlalu tinggi.”
Konflik Yaman dimulai ketika Arab Saudi bersama koalisi negara-negara Sunni melakukan intervensi militer terhadap kelompok Syiah Houthi pada 25 Maret 2015. Saudi memerangi Houthi yang merebut kekuasaan dan ibu kota Sanaa dari Presiden Hadi.
Sejak saat itu lebih dari 10 ribu orang tewas dan 40 ribu lainnya terluka.
Koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman, Jamie McGoldrick, menambahkan jutaan warga Yaman kini dalam kondisi kelaparan parah.
"Ada 7 juta warga yang tidak tahu apakah masih bisa makan," ujar McGoldrick. Sebanyak 80 persen dari 19 juta penduduk negara termiskin di Arab ini membutuhkan bantuan kemanusiaan segera. Sekitar 3 juta penduduk terusir dari rumah mereka.
Baca: 52 Tentara Yaman Tewas Dibom Saat Antre Ambil Gaji
Koalisi Saudi menjadi pemicu besarnya jumlah korban tewas dari warga sipil, meski Houthi juga dituduh atas pelanggaran kemanusiaan. Sayangnya, tragedi di Yaman tidak menarik perhatian internasional seperti Suriah dan Irak.
BBC | THE GUARDIAN | SITA PLANASARI AQUADINI