TEMPO.CO, Brasilia - Presiden Brasil Dilma Rousseff kalah dalam pemungutan suara di parlemen untuk menentukan apakah impeachment atau pemakzulan terhadapnya dilanjutkan atau tidak pada Senin, 18 April 2016.
Dengan hasil voting di parlemen tersebut, Rousseff hampir pasti harus mengundurkan diri. Dengan demikian, hasil ini akan mengakhiri dominasi Partai Pekerja selama 13 tahun.
Ketika ribuan demonstran pro dan anti-pemecatan mengadakan demonstrasi di luar Kongres, pemimpin Partai Pekerja itu mengaku kalah di Dewan Rakyat. Sebab, 367 suara mendukung pemakzulan, sedangkan cuma 137 suara yang menentang pendakwaan terhadapnya atas tuduhan memanipulasi rekening anggaran pemerintah.
"Ini suatu kehormatan. Dari suara, saya akan memberikan harapan bagi jutaan rakyat Brasil," kata anggota parlemen, Bruno Araujo, seperti yang dilansir CNN, Senin.
Gerakan pemakzulan berikutnya akan dilanjutkan ke Senat. Jika Senat setuju melanjutkan persidangan, kemungkinan Rousseff akan dilengserkan dari posisinya dan digantikan oleh Wakil Presiden Michel Temer sebagai presiden sementara.
Temer akan memimpin hingga 2018. Hal ini diyakini akan memicu perseteruan antara Rousseff, 68, dan Temer, 75, yang kemungkinan menyebabkan pemerintah berikutnya tidak stabil dan menempatkan Brasil dalam keadaan tidak menentu dalam beberapa bulan ke depan.
Pemungutan suara di parlemen Brasil tersebut disaksikan ribuan rakyat yang berunjuk rasa di depan gedung Majelis. Ada dua kelompok massa, baik lawan maupun pendukung Rouseff, yang menyaksikannya melalui tiga layar lebar. Pendukung Rousseff bersumpah untuk turun ke jalan sebagai bentuk pembalasan.
CNN | YON DEMA