TEMPO.CO, Islamabad - Peristiwa memilukan terjadi di Pakistan. Anak ini salah mendengarkan ceramah seorang ulama di satu masjid di Lahore, Provinsi Punjab, Pakistan, sehingga berakhir tragis.
Berawal ketika Mohammad Anwar, 15 tahun, mengikuti ceramah imam Shabbir Ahmed di satu masjid di Lahore. Sang imam kemudian menanyakan kepada para peserta yang mengikuti ceramah: ada yang tidak mencintai Nabi Muhammad (SAW)?
Anwar yang tidak mendengar dengan cermat mengangkat tangannya. Tanpa pikir panjang, imam Ahmed menyuruh remaja pria itu pulang ke rumah dan memotong tangannya karena dianggap sebagai penghujat.
Anwar mematuhi perintah sang imam. Disaksikan orang tuanya, Anwar memotong tangannya dan meletakkannya di atas piring. Ia membawa potongan tangannya itu kembali ke masjid untuk diserahkan kepada sang imam.
Polisi turun tangan dengan peristiwa itu. "Imam masjid buta huruf seperti itu seharusnya tidak diperbolehkan memberikan ceramah. Penangkapannya berada di bawah UU Rencana Aksi Nasional yang melarang pidato menghasut kekerasan di negara ini," kata Kepala polisi Nosher Ali seperti dilansir di Tribune Express pada 17 Januari 2016.
Namun, kata Ali, kedua orang tua Anwar mengaku bangga dengan tindakan anaknya dan meminta polisi untuk tidak menangkap imam masjid tersebut.
Penghujatan adalah masalah yang sangat kontroversial di Pakistan. Massa yang marah telah membunuh banyak orang yang dituduh menghina Islam di negara mayoritas muslim tersebut.
Hukum tidak mendefinisikan penghujatan, tapi menetapkan bahwa hukumannya adalah kematian meskipun hukuman mati belum pernah dilakukan. Aktivis hak asasi manusia mengatakan tuduhan penghujatan terus meningkat karena sering disalahgunakan untuk menyelesaikan dendam pribadi.
TRIBUNE EXPRESS|YON DEMA