Seorang pakar lainnya yang juga memberi kontribusi dalam laporan tersebut, Christina Schori Liang dari Geneva Centre for Security Policy, menyajikan perincian yang menarik mengenai bagaimana ISIS mendanai aksi teror mereka.
Ia mengatakan bahwa 10 wilayah pertambangan minyak di seluruh Irak dan Suriah dikendalikan oleh ISIS.
"Kekayaan dari minyak dipakai untuk beberapa tujuan, yakni memenuhi kebutuhan energi warga yang diperkirakan mencapai 10 juta orang yang tinggal di wilayah yang dikuasai ISIS dan menjadi pasokan bahan bakar untuk mesin-mesin perang mereka.
"Yang lebih penting lagi, minyak digunakan sebagai alat untuk mengendalikan musuh-musuh mereka. Banyak pihak lawan yang bergantung pada bahan bakar minyak dari ISIS."
ISIS meraih pemasukan hingga 1 juta poundsterling per hari dengan menjual 34 ribu hingga 40 ribu barel minyak mentah kepada para pedagang independen.
Minyak mentah ini diselundupkan melalui jaringan pasar gelap dan dikonsumsi di Turki, Iran, dan Yordania.
ISIS juga menguasai setidaknya delapan pembangkit energi di Suriah.
Ia menambahkan, "Dalam wilayah yang dikuasai oleh ISIS, diterapkan pajak penghasilan 10 persen, pajak usaha 10 hingga 15 pesen, dan pajak pertambahan nilai 2 persen untuk aktivitas belanja sehari-hari.
"Ada juga pajak jalan dan bea cukai untuk untuk setiap kendaraan yang melintasi wilayah ISIS dan pajak untuk penyelundupan narkoba dan senjata.”
ISIS juga mengharuskan warganya untuk membayar pajak keberangkatan sebesar 650 poundsterling (Rp 13,6 juta) bagi mereka yang ingin meninggalkan wilayah tersebut.
"Khawatir akan banyak warga yang pergi, ISIS mengharuskan setiap individu untuk menjadikan kendaraan dan rumah mereka sebagai jaminan bagi mereka yang keluar dari wilayah itu selama dua pekan," katanya. "Warga yang beragama Kristen juga diharuskan membayar jizyah, atau pajak perlindungan, kecuali jika mereka masuk Islam."
DAILYMAIL | A. RIJAL
Baca juga:
Teror Paris: Inilah 5 Kejadian Baru yang Menegangkan!
Wah, Depok Favorit bagi Kaum dengan Gaya Bercinta Berbahaya