TEMPO.CO, Moskow - Sebanyak 224 jenazah pesawat penumpang Rusia yang jatuh di Gurun Sinai, Mesir, pada akhir pekan lalu, Sabtu, 31 Oktober 2015, telah tiba di St. Petersburg, namun misteri penyebab kecelakaan tersebut masih belum terungkap.
Salah seorang pejabat perhubungan udara Rusia mengatakan pesawat dengan nomor penerbangan 9268 milik maskapai Kogalymavia hancur berkeping-keping di tengah udara sebelum menghantam bumi di daerah terpencil Gurun Sinai, Mesir, Sabtu, 31 Oktober 2015.
Pejabat yang tak disebutkan namanya itu menolak klaim Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menyebutkan bahwa jet penumpang Airbus A321-200 tersebut ditembak jatuh di udara. "Hampir dipastikan pesawat tersebut celaka akibat masalah teknis."
Namun demikian, para pejabat di Rusia belum bisa memberikan keterangan yang jelas apa yang sesungguhnya terjadi. Mereka mendapatkan dukungan penuh dari Presiden Mesir melakukan investigasi penyebab kecelakaan pesawat penumpanga tersebut.
Metrojet Rusia meninggalkan bandara Sharm el-Sheih, Mesir, menuju St. Petersburg, Rusia, pada Sabtu dinihari, 31 Oktober 2015, waktu setempat. "Jet tersebut putus hubungan dengan radar kendali di menara pengawas sekitar 23 menit setelah lepas landas," ujar pejabat Mesir yang tak disebutkan namanya.
Baca Juga:
Pengendali lalu lintas udara tampaknya tidak menerima panggilan darurat dari pilot pesawat. "Tidak ada yang aneh sebelum pesawat itu celaka," kata Menteri Pehubungan Udara Sipil Mesir, Hossam Kamel, Sabtu, 31 Oktober 2015. "Pesawat itu tiba-tiba hilang dari radar."
Koresponden perhubungan udara CNN, Richard Quest, mengatakan, tidak biasanya sebuah pesawat turun dalam waktu sekitar 20 menit setelah penerbangan. "Pada saat itu, pesawat dijalankan dengan autopilot. Saat itu, pesawat mencapai jelajah awal sehingga kecil kemungkinan mengalami masalah atau memang ada yang salah?" tulisnya.
CNN | CHOIRUL AMINUDDIN