TEMPO.CO, Ouagadougou - Angkatan bersenjata Burkina Faso mengultimatum para pemimpin kudeta agar segera meletakkan senjata atau bakal menghadapi seranagan. Ancaman itu disampaikan beberapa jam setelah pelaku kudeta membebaskan Perdana Menteri Yacouba Isaac Zida dari tahanan.
Militer memberikan batas akhir peletakan senjata pada Selasa, 22 September 2015, pukul 10 pagi GMT, setelah terjadi pembicaraan antara pimpinan angkatan bersenjata Burkina Faso dengan pasukan elit pengawal presiden di Ibu Kota Ouagadougou.
Baca Juga:
Pembebasan Zida yang ditahan Rabu pekan lalu oleh pasukan pengawal presiden berlangsung beberapa jam setelah angkatan bersenjata memasuki Ouagadougou tanpa perlawanan.
Pemimpin kudeta Jenderal Gilbert DIendere, yang memiliki kedekatan dengan mantan presiden terdepak Balise Compaore, mengatakan, dia akan mengambil alih kekuasaan selanjutnya diserahkan ke pemerintahan trasisional sipil.
Adapun para pemimpin militer yang memulai melakukan konsolidasi pada Senin, 21 Sepember 2015, dengan pasukan elit pengawal presiden siap berhadapan dengan para pelaku kudeta.
"Semua unit di angkatan bersenjata telah dimobilisasi menuju ibu kota Ouadagougou pada Senin, 21 September 2015," ujar Kolonel Serge Alain Ouedraogo, Wakil Kepala Kepolisian Burkinabe, kepada kantor berita AFP. Dia melanjutkan, "Kami saat ini mengamankan para pemimpin kudeta tanpa harus melakukan tembakan senjata atau pertumpahan darah."
Sedikitnya 10 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya cedera dalam peristiwa unjuk rasa menentang kudeta yagn berlangsung beberapa pekan sebelum pemilihan umum untuk pertama kalinya sejak Compaore didepak dari kekuasaannya pada Oktober 2014. Compaore berkuasa selama 27 tahun.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN