TEMPO.CO, Sanaa - Pasukan perjuangan di Yaman mengaku bahwa mereka berhasil merebut kembali pangkalan militer terbesar di negeri itu menyusul kecamuk perang sengit yang menyebabkan puluhan orang tewas.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan pada Senin, 3 Juli 2015, kepada media massa, pemerintahan di pengasingan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi menyatakan bahwa pasukan pendukung mereka benar-benar telah menguasai markas militer di Provinsi Lahej di selatan negara.
Baca Juga:
"Dengan bantuan dan dukungan sepenuhnya koalisi pimpinan Arab Saudi, prestasi gemilang ini terwujud," bunyi pernyataan pemerintahan Hadi.
Selain mendapatkan sokongan Arab Saudi, pasukan Hadi juga didukung oleh milisi Komite Perlawanan Populer guna bertempur melawan kaum Houthi di Yaman.
Adapun Haouthi yang didukung oleh kelompok Syiah Iran yang telah menguasai sebagian besar wilayah negara kehilangan sejumlah pangkalan pertahananya. Mereka baru-baru ini juga kehilangan kota pelabuhan Aden di selatan negara.
Salah seorang pejabat di Komite Perlawanan Populer, Nasser Hadour, mengatakan kepada Al Jazeera, pasukannya juga berhasil memasuki pangkalan militer lainnya antara al-Sader dan al-Madia al-Khadra di Provinsi Lahej.
Menurut laporan koresponden Al Jazeera, Yasser Hasan, secara jelas tampak pasukan Komite Perlawanan Populer telah menguasai sejumlah pangkalan militer. "Kami dapat melihat al-Anand dari sini juga," katanya seraya menguraikan bahwa pangkalan tersebut sangat strategis.
"Di sana hanya ada sedikit kawasan yang dikuasai oleh Houthi di sekitar pangkalan al-Anand. Saat ini pasukan Perlawanan sedang menyeleksi senjata dan tank guna memukul balik kaum Houthi," kata Hasan. Pasukan Houthi dan sekutunjya menguasai al-Anand sejak Maret 2015.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN