TEMPO.CO, Istanbul - Pemilu parlemen Turki pada Ahad kemarin bersejarah bagi etnis minoritas Kurdi di negara itu. Sebab, Partai Demokrasi Rakyat (HDP) yang pro-Kurdi berhasil melampaui ambang batas perolehan suara untuk masuk parlemen (threshold).
Awalnya, HDP hanya menargetkan perolehan suara sesuai dengan threshold, yaitu 10 persen. Kenyataannya, hingga tabulasi 98 persen hasil pemilu, mereka meraup suara 12 persen. Pemimpin HDP Selahattin Demirtas segera menyatakan partainya bakal menjadi oposisi yang kuat dan jujur.
"Kami sebagai rakyat Turki yang tertindas serta ingin keadilan, perdamaian, dan kebebasan telah mencapai kemenangan besar hari ini. Sekarang HDP adalah partai sebenarnya bagi Turki. HDP adalah Turki," ujarnya, seperti dilansir The Guardian, Senin, 8 Juni 2015.
Demirtas sendiri dianggap sebagai penarik simpati pemilih bagi HDP. Pria 42 tahun itu dipandang karismatik, bahkan disebut sebagai "Obama Kurdi". HDP mengkampanyekan diri sebagai partai Turki sesungguhnya. Pemilih mereka bukan hanya etnis Kurdi, tapi juga perempuan, homoseksual, dan transgender.
Debut HDP di parlemen sekaligus menjegal upaya partai yang sedang memerintah, yaitu Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), menjadi mayoritas di parlemen. Dengan menjadi mayoritas, AKP berniat menulis ulang konstitusi, agar sistem pemerintahan Turki berubah dari parlementer menjadi presidensial.
"Masuknya HDP ke parlemen adalah waktu bernapas untuk mencari solusi terhadap penyimpangan. (Presiden Turki) Erdogan telah merenggangkan dan menekan sistem," tutur Suat Kiniklioglu, mantan anggota AKP, seperti dilaporkan CNN, Ahad lalu.
CNN | THE GUARDIAN | ATMI PERTIWI