TEMPO Interaktif, Manila: Militer Filipina dalam keadaan siaga satu menyusul keberangkatan Presiden Gloria Macapagal Arroyo ke New York menghadiri sidang Majelis Umum PBB. Langkah itu diambil karena muncul desas-desus mengenai ancaman kudeta."Orang-orang (kelompok oposisi) yang menyerukan obat ekstra-konstitusional bagi masalah kami, mereka tidak didukung pihak militer," kata juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina Kolonel Buenaventura Pascual. Pasukan keamanan menerapkan status 'siaga merah' sejak pukul 17.00 waktu setempat (pukul 16:00 WIB). Lebih lanjut Pascual mengungkapkan, militer tetap setia kepada Presiden Arroyo dan mematuhi rantai komando. Dia menegaskan, tidak ada perpecahan dalam tubuh militer. "Kami tetap melaksanakan tugas kami dan kami tidak melihat adanya permasalahan di kalangan militer," ujarnya. Sepanjang sejarah, militer Filipina sudah berpengalaman melakukan kudeta terhadap presiden yang berkuasa. Tujuh orang militer tewas saat berusaha menggulingkan Presiden Corazon Aquino pada 1980-an. Presiden Arroyo berhasil menggagalkan percobaan kudeta yang dilakukan sekelompok perwira yunior yang memaksa reformasi di tubuh militer. Dia membantah status siaga satu militer terkait usaha mengacaukan keamanan nasional. Menurut dia, penerapan status itu terkait dengan perjalanan Presiden Arroyo ke New York selama lima hari hingga 17 September mendatang. Sebelumnya, Kepolisian Nasional Filipina (PNP) juga menerapkan kebijakan serupa. Status siaga penuh itu berlaku sejak pukul enam pagi (pukul 05:00 WIB). "Dengan keberangkatan Presiden Gloria Macapagal Arroyo, PNP akan siaga dan kami akan berjaga-jaga terhadap berbagai kejadian darurat," ujar Kepala PNP Direktur Jenderal Arturo Lomibao. Desas-desus itu muncul di tengah-tengah kekisruhan politik dalam negeri. Kelompok oposisi memaksa Arroyo mundur dari jabatannya setelah rekaman pembicaraan telepon antara Arroyo dan anggota komisi pemilihan umum beredar luas. Seruan menggulingkan Arroyo juga ditujukan terhadap para aktivis dan pensiunan berpangkat jenderal. AFP/Faisal
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.
Video Pilihan
Cerita Presiden Filipina Joseph Estrada Diganti Gloria Macapagal Arroyo di 2011
20 Januari 2022
Cerita Presiden Filipina Joseph Estrada Diganti Gloria Macapagal Arroyo di 2011
Pada 1998 Joseph Estrada menjadi Presiden Filipina melalui pilpres. Namun Oktober 2000 dokumen skandal korupsinya beredar, yang beruung pemakzulannya.
Presiden Arroyo Terancam Dimakzulkan
24 November 2008
Presiden Arroyo Terancam Dimakzulkan
Arroyo dituduh telah menyetujui kontrak pembangunan jaringan telekomunikasi nasional yang kontroversial lewat sebuah pertemuan rahasia di Cina.
Bukti Korupsi Arroyo Diserahkan ke Senat
18 Februari 2008
Bukti Korupsi Arroyo Diserahkan ke Senat
Seorang bekas konsultan pemerintah menyerahkan uang senilai Rp 115 juta, yang dipakai untuk menyuapnya agar tak membocorkan dugaan korupsi dalam rencana pembangunan jaringan pita lebar (broadband) nasional.
Arroyo Didemo, Manila Tegang
15 Februari 2008
Arroyo Didemo, Manila Tegang
Massa demonstran melemparkan tomat ke wajah Presiden Arroyo dan suaminya yang dituding melakukan korupsi.
Arroyo Diduga Suap Anggota Parlemen
17 Oktober 2007
Arroyo Diduga Suap Anggota Parlemen
Ajudan Istana Malacanang membagi-bagikan uang 500 ribu peso atau sekitar Rp 100 juta untuk setiap gubernur dan anggota parlemen.
Filipina Masih Memburu Dulmatin
27 Januari 2007
Filipina Masih Memburu Dulmatin
Sebelumnya tersiar kabar bahwa Dulmatin terluka dalam serbuan militer Filipina ke markas Abu Sayyaf di Sulu, pekan lalu
Arroyo Lolos Lagi dari Pemakzulan
24 Agustus 2006
Arroyo Lolos Lagi dari Pemakzulan
Kongres Filipina hari ini menolak upaya kedua untuk memakzulkan Presiden Gloria Macapagal Arroyo atas dugaan pelanggaran aturan dalam pemilihan umum 2004.
Filipina Bentuk Tim Pengawas Hemat Energi
25 Agustus 2005
Filipina Bentuk Tim Pengawas Hemat Energi
Presiden Gloria Arroyo hari ini mencanangkan gerakan hemat energi di kalangan pemerintah. Jika ingin mendapatkan dukungan dari kalangan swasta dan masyarakat luas, kita harus memperlihatkannya telebih dulu, kata Arroyo.
Pemakzulan Arroyo Gagal di Parlemen
3 Agustus 2005
Pemakzulan Arroyo Gagal di Parlemen
Kalangan oposisi hanya sanggup mengumpulkan 42 tanda tangan dari 236 anggota parlemen.
Demo Anti-Arroyo Meningkat, Militer Filipina Siaga Penuh
24 Juli 2005
Demo Anti-Arroyo Meningkat, Militer Filipina Siaga Penuh
Aksi demonstrasi berpusat di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Filipina. Rencananya demo akan diisi dengan aksi debat terbuka atas tuduhan terhadap Arroyo.