Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

10 Hari Gempa Nepal: Banyak Korban Longsor Belum Ditemukan  

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Seorang anak perempuan berjalan di reruntuhan sebuah bangunan, gempa berkekuatan 7,9 skala ritcher mengguncang Nepal, dan menghancurkan sebagian besar bangunan dan perumahan. Kathmandu, Nepal, 4 Mei 2015. Buddhika Weerasinghe / Getty Images
Seorang anak perempuan berjalan di reruntuhan sebuah bangunan, gempa berkekuatan 7,9 skala ritcher mengguncang Nepal, dan menghancurkan sebagian besar bangunan dan perumahan. Kathmandu, Nepal, 4 Mei 2015. Buddhika Weerasinghe / Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh hari setelah gempa kuat dan tanah longsor akibat gempa, jalan-jalan yang tertutup bisa dibersihkan di persimpangan Barhabise-Tatopani, Sindhupalchowk, Nepal.

Polisi Bersenjata Tiongkok memulai operasi pembersihan jalan dari wilayah perbatasannya pekan ini dan menyelamatkan sejumlah warga lokal. 

Bersamaan dengan operasi pembersihan itu, puluhan mayat ditemukan dari persimpangan jalan Desa Chaku ke Kodari, daerah terakhir yang berbatasan dengan Tiongkok.

Kumar Shreshta, Sekretaris Senior Wilayah Sindhupalchowk di Kamar Dagang dan Industri Nepal-Tiongkok, mengatakan kepada Xinhua, "Kami mengkremasi sembilan mayat di wilayah Chaku setakat sekarang. Kami yakin masih ada mayat yang akan ditemukan sebab banyak orang masih hilang di daerah ini."

Masih belum ada data resmi mengenai berapa orang yang hilang akibat tanah longsor, sementara banyak jalan benar-benar tertutup.

Setiap menit ada kekhawatiran mengenai tanah longsor lain sebab rangkaian gunung membentang di kedua sisi Jalan Raya Araniko.

Dengan risiko sebesar itu, tidak ada kendaraan yang memasuki daerah tersebut sejak tanah longsor terjadi pada hari kedua setelah gempa dengan kekuatan 7,9 skala Richter mengguncang Nepal pada 25 April.

Perjalanan menuju Tatopani menggunakan sepeda motor lalu dilanjutkan dengan jalan kaki, setengah lusin mayat terlihat tergeletak di jalan-jalan.

Warga lokal Kodari, desa perbatasan dengan Tiongkok, mengatakan mereka sudah menemukan dan mengkremasi sepuluh mayat.

"Kami menemukan banyak penyintas dari tanah longsor tapi tak bisa menyelamatkan mereka karena kekurangan tim penyelamat profesional dan bantuan medis," kata Durga Shrestha, 50 tahun, dari Gaati kepada kantor berita Xinhua.

Tak ada tim penyelamat yang sampai ke daerah itu dalam sepekan kendati kondisi di sana sudah diketahui. Warga setempat telah dicengkeram ketakutan karena gempa susulan dan tanah longsor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagian warga lokal telah menyampaikan kemarahan mereka terhadap negara sebab keluarga dan warga desa yang kehilangan tempat tinggal belum menerima bantuan apa pun.

"Kami tak bisa mengatakan berapa pastinya orang yang meninggal dunia atau hilang segera. Banyak orang mungkin pergi ke tempat aman lewat gunung, menghindari jalan utama," kata Inspektur Pasukan Polisi Bersenjata Tam Jung Basnet kepada Xinhua.

Hanya pada Sabtu, 2 Mei 2015, sebanyak delapan pemuda lokal kembali ke Barhabisa dari Tatopani melewati gunung terjal yang sulit. Mereka mengatakan nyaris kehilangan nyawa dalam perjalanan kembali tanpa membawa makanan dan air.

Kebanyakan orang tinggal di Tatopani dan Khaasa di sepanjang perbatasan Tiongkok untuk berdagang.

Inspektur Basnet menambahkan, "Tiga puluh kendaraan terkubur di bawah tanah longsor di Desa Liping, Tatopani, dan lebih dari 20 mayat telah dikeluarkan dari sana."

Lebih dari 5.000 orang kehilangan tempat tinggal di satu daerah sekitar 26 kilometer dari Barhabisa ke Kodari. 

Orang-orang yang kehilangan rumah dari Daerah Kodari terdampar di Desa Narayanthan dan memerlukan bantuan darurat.

Menurut pejabat militer lokal, kurangnya helikopter menjadi alasan utama di balik tertundanya upaya penyelamatan korban bencana di daerah pegunungan itu.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kakek 85 Tahun Tewas, Nepal Akan Batasi Usia Pendaki Everest

9 Mei 2017

Min Bahadur Sherchan, melakukan Yoga saat pagi hari dirumahnya di Kathmandu, Nepal, 12 April 2017. Min Bahadur Sherchan, akan menjadi  pendaki Everest tertua di dunia yang pernah diraihnya pada 2008. REUTERS/Navesh Chitrakar
Kakek 85 Tahun Tewas, Nepal Akan Batasi Usia Pendaki Everest

Pemerintah Nepal akan segera membatasi usia pendaki Gunung Everest setelah seorang kakek berusia 85 tahun tewas saat berusaha menaiki puncak tertinggi


Pendaki Gunung Tertua di Dunia Asal Nepal Tewas di Everest

6 Mei 2017

Min Bahadur Sherchan. REUTERS
Pendaki Gunung Tertua di Dunia Asal Nepal Tewas di Everest

Menurutnya, usia bukan halangan mewujudkan mimpi.


Tradisi Chhaupadi di Nepal Makan Korban Remaja Putri  

21 Desember 2016

123rf.com
Tradisi Chhaupadi di Nepal Makan Korban Remaja Putri  

Tradisi mengasingkan perempuan yang sedang haid di luar rumah di Nepal memakan korban seorang remaja putri. Tradisi ini sebenarnya sudah dilarang.


Eks Pemimpin Pemberontak Maoist Jadi Perdana Menteri Nepal  

3 Agustus 2016

Calon Perdana Menteri dan Ketua Partai Komunis Bersatu Nepal (Maois) Pushpa Kamal Dahal, yang juga dikenal sebagai Prachanda, tersenyum disela pemilihan perdana menteri di Kathmandu, Nepal, 3 Agustus 2016. REUTERS/Navesh Chitrakar
Eks Pemimpin Pemberontak Maoist Jadi Perdana Menteri Nepal  

Mantan pemimpin pemberontak Maoist terpilih menjadi Perdana Menteri Nepal.


Nepal Lantik Bidhya Devi Bhandari, Presiden Wanita Pertama

29 Oktober 2015

Presiden terpilih Nepal, Bidhya Bhandari (tengah) melambaikan tangan usai terpilih di parlemen di Kathmandu, Nepal, 29 Oktober 2015. REUTERS/Navesh Chitrakar
Nepal Lantik Bidhya Devi Bhandari, Presiden Wanita Pertama

Bidhya Devi Bhandari, nama pemimpin berusia 54 tahun itu, berasal dari Partai Bersatu Marxist-Leninist Nepal.


Kado Ronaldo untuk Jetin, Bocah Nepal Korban Gempa

1 September 2015

Anak korban bencana gempa bumi di Nepal, Shrestha mengenakan kaos pemberian Cristiano Ronaldo. Omar Havana via www.telegraph.co.uk
Kado Ronaldo untuk Jetin, Bocah Nepal Korban Gempa

Jetin tertegun dengan hadiah yang dikirim Cristiano Ronaldo.


Temuan Jasad Baru Gempa Nepal di Langtang, Warga Indonesia?

7 Agustus 2015

Seorang wanita terluka di bagian kepala terkena reruntuhan bangunan saat gempa susulan kembali mengguncang Nepal, 12 Mei 2015. Pusat gempa berada di 76 kilometer sebelah timur Kathmandu. REUTERS/Navesh Chitrakar
Temuan Jasad Baru Gempa Nepal di Langtang, Warga Indonesia?

Sebanyak 17 jasad baru kembali ditemukan empat bulan setelah gempa bumi dahsyat mengguncang Nepal.


Pria Nepal Ini Gorok Leher Seorang Bocah, Alasannya...

28 Juli 2015

TEMPO/Mahfoed Gembong
Pria Nepal Ini Gorok Leher Seorang Bocah, Alasannya...

Masyarakat di Desa Kudiya masih menganut kepercayaan kuno tentang kekuatan sihir dan entitas supranatural.


Di Nepal, Ada Desa Ginjal karena Banyak Warganya Jual Ginjal

12 Juli 2015

Ilustrasi ginjal
Di Nepal, Ada Desa Ginjal karena Banyak Warganya Jual Ginjal

Daerah ini disebut Desa Ginjal karena hampir semua orang yang tinggal di sana telah menjual ginjal mereka kepada pedagang organ tubuh manusia.


Gempa Nepal, India Siapkan Dana Bantuan Rp 13 triliun  

25 Juni 2015

Birendra Karmacharya bersama dengan anak-anaknya melintasi didepan reruntuhan bagunan yang hancur akibat gempa bumi April lalu saat mengantarkannya kesekolah pada hari pertama di Bhaktapur, Nepal, 31 Mei 2015. REUTERS/Navesh Chitrakar
Gempa Nepal, India Siapkan Dana Bantuan Rp 13 triliun  

Cadangan devisa Nepal aman.