TEMPO.CO, Hong Kong - Kepala Eksekutif Hong Kong, Leung Chun-ying , pada Sabtu, 4 Oktober 2014, memberikan ‘ultimatum’ kepada para pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong untuk segera menhentikan aksi mereka. (Baca: Masuki Pekan kedua, Demonstrasi Hong Kong Ricuh)
Lewat pidato yang disiarkan di televisi, Leung mengatakan bahwa jalan-jalan yang dipakai demonstran untuk melakukan aksinya harus ‘bersih’ pada Senin, 6 Oktober 2014. “Kita harus menjamin keamanan tempat-tempat pemerintahan dan memulihkan operasi mereka,” kata Leung, seperti dikutip dari Channel News Asia. (Baca: Dikepung, Pusat Pemerintahan Hong Kong Lumpuh)
Pemimpin Hong Kong itu berharap, ‘pembersihan’ jalan-jalan dari massa pengunjuk rasa akan memungkinkan pegawai pemerintah untuk kembali bekerja dan anak-anak sekolah bisa kembali memulai kegiatan belajarnya.
Meski pemerintah telah mengeluarkan ultimatumnya, ribuan pendemo masih juga bertahan di jalan-jalan penting Hong Kong. “Kita harus melanjutkan perjuangan. Pemerintah belum menanggapi tuntutan kami,” ujar Nixon Leung, salah satu mahasiswa pengunjuk rasa dari Universitas Hong Kong.
Saat ini, pendemo pro-demokrasi masih berusaha untuk bertemu Leung guna melakukan perundingan terkait tuntutan demokrasi penuh yang disuarakan mereka.
Baca Juga:
Perundingan sempat dijadwalkan pada Jumat, 3 Oktober 2014. Namun, pendemo membatalkan rencana ini setelah bentrokan yang diwarnai kekerasan pecah antara pendemo pro-demokrasi dengan preman yang diduga sengaja dilibatkan oleh pemerintah untuk mengacaukan aksi demonstrasi ini. (Baca: Pendemo dan Pemerintah Hong Kong Batal Berunding)
ANINGTIAS JATMIKA | CHANNEL NEWS ASIA
Berita Lainnya
Tiga Pejabat Top Korut Mendadak Kunjungi Korsel
Jadi Mualaf, Wanita Bertato Dilamar Pendukung ISIS
Mafia Tunggangi Unjuk Rasa di Hong Kong