TEMPO.CO, Sanaa - Beberapa jam setelah Perdana Menteri Yaman Muhammed Basindwa mundur dari jabatannya pada Ahad, 21 September 2014, pemerintah Yaman dan kelompok pemberontak Syiah Houthi menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri krisis politik yang sudah berkecamuk selama beberapa pekan terakhir. (Baca: Bentrokan Sektarian, PM Yaman Mundur)
Mengutip laporan BBC, dalam kesepakatan yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kedua belah pihak setuju untuk membentuk pemerintahan baru dan akan mengajukan calon perdana menteri dalam waktu tiga hari ke depan.
Kesepakatan tersebut menyerukan pemerintah saat ini untuk menjalankan pemerintahan sementara sampai pemerintahan baru terbentuk sekitar sebulan mendatang.
Selain membahas pemerintahan, kesepakatan ini juga menuntut kedua belah pihak untuk terus melakukan gencatan senjata. Namun demikian, seperti dikutip dari Al Jazeera, kelompok Syiah Houthi menolak menandatangani kesepakatan yang memungkinkan mereka untuk menarik diri dari Sanaa dan sejumlah kota lain di Yaman dalam 45 hari.
“Pertempuran mungkin tidak akan berhenti akibat kesepakatan itu, tapi Syiah Houthi telah mencapai tujuan militer mereka di Sanaa,” kata reporter Al Jazeera, Peter Salisbury. Memang, Houthi mengaku telah merebut markas-markas besar pemerintah, kementerian-kementerian, dan lembaga penyiaran negara.
Kaum Syiah Houthi yang tinggal di kawasan pegunungan di utara Yaman telah bergerak ke ibu kota Sanaa sejak beberapa pekan terakhir. Mereka menggalang unjuk rasa untuk menuntut hak-hak yang lebih luas hingga akhirnya terlibat bentrok.
ANINGTIAS JATMIKA | BBC | AL JAZEERA
Terpopuler
Cina Curigai Dubesnya di Islandia Mata-mata Jepang
CIA Berhenti Mata-matai Sekutunya di Eropa Barat
Terdesak ISIS, 100 Ribu Pengungsi Masuki Turki