TEMPO.CO, Jakarta - Milisi Houthi di Yaman mengonfirmasi bahwa pasukannya telah meluncurkan drone dan rudal serangan ke Israel pada Selasa, 31 Oktober 2023.
Serangan itu sebagai bentuk dukungan kelompok di Yaman itu untuk Palestina dalam perang Israel-Palestina yang kian ganas.. Dikabarkan bahwa serangan dari Houthi akan terus berlanjut.
Saare, juru bicara Houthi, mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan serangan dengan rudal dan drone sampai agresi militer Israel terhadap Palestina berhenti. “Posisi masyarakat Yaman terhadap masalah Palestina cukup tegas dan berprinsip. Warga Palestina punya hak penuh untuk mempertahankan diri demi mencapai hak-hak mereka yang sah,” kata Saree pada 31 Oktober 2023.
Profil Milisi Houthi
Dilansir dari thenationalnews.com, milisi Houthi adalah pasukan paramiliter asal Yaman. Mereka juga dikenal dengan nama Ansar Allah. Houthi adalah milisi Islam bersenjata dan suku dari wilayah miskin dan berpegunungan di utara Yaman, Saada. Meskipun Houthi berasal dari aliran minoritas Zaidi dalam Islam Syiah, mereka telah berkembang dari kelompok agama menjadi milisi dan kekuatan politik.
Mengutip themedialine.org, Houthi terbentuk pada 1990. Saat itu, penggabungan Yaman Utara dan Selatan pada tahun 1990 membawa Ali Abdullah Saleh ke kekuasaan sebagai pemimpin Republik Yaman. Pemerintahan Saleh didukung oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi. Hal tersebut meningkatkan pengaruh umat Islam Sunni Salafi dan Wahhabi yang terkait dengan Arab Saudi di Yaman utara, yang merupakan benteng tradisional Zaidi. Benteng tersebut adalah milik aliran Syiah yang diikuti sekitar seperempat umat Islam Yaman.
Hal ini menyebabkan reaksi keras dari kalangan Zaidi, dan gerakan Houthi, dinamai dari pemimpinnya, Hussein Badreddin al-Houthi. Hussein al-Houthi muncul sebagai pahlawan yang mempromosikan pemulihan Zaidisme serta sikap permusuhan terhadap Arab Saudi, Amerika Serikat, dan pemerintahan Republik Yaman.
Selama lebih dari dua dekade, pemerintah Republik Yaman dan Houthi telah terlibat dalam konflik yang berkepanjangan. Keduanya sama-sama melibatkan berbagai pihak eksternal. Houthi awalnya mengidentifikasikan diri mereka sebagai kekuatan perlawanan yang bangkit melawan serangan militer Yaman di Sa'ada dan sebagai kekuatan oposisi terhadap rezim otoriter Saleh.
Pada Juni 2004, Saleh memulai gerakan militer untuk menekan pemberontak Houthi di Provinsi Saada. Pasukan Republik Yaman berhasil membunuh pemimpin Houthi, Hussein al-Houthi, pada September 2004. Kematian Hussein al-Houthi memicu eskalasi konflik yang berimbas pada terjadinya lima perang yang terjadi antara Houthi dan pasukan Republik Yaman antara tahun 2004 dan 2010.
Mengutip thenationalnews.com, pada tahun 2011, protes massal terhadap Saleh dihadapi dengan kekerasan polisi yang mematikan. Di tengah kutukan dari berbagai negara internasional yang meningkat, Saleh meninggalkan negara dan setuju dengan rencana transisi Dewan Kerja Sama Teluk dan terpilihlah Abdrabu Mansur Hadi menjadi presiden.
Pasukan milisi Houthi juga melawan presiden baru, mereka menawarkan usulan pemerintahan yang baru di mana Houthi ikut serta dalam bagian pemerintah. Namun, usulan tersebut ditolak oleh Hadi.
RT.COM | THE MEDIALINE | THE NATIONAL NEWS
Pilihan editor: Kelompok Houthi di Yaman Serang Israel untuk Bela Palestina