TEMPO.CO, Nairobi - Selusin pria disergap dan ditelanjangi sebelum kemudian disunat secara paksa di sebelah barat Kenya, Jumat pekan lalu, sebagai bagian dari sebuah upacara.
Ke-12 pria yang berasal dari kaum Luo, Turkana, Iteso, dan Luhyia tersebut dipaksa menjalani prosedur itu setelah istri-istri mereka melaporkan para pria ini belum disunat.
Sejumlah wanita di Moi's Bridge, sebelah barat Kenya, mengatakan mereka senang dengan prosedur sunat paksa karena hal itu membuat suami-suami mereka lebih bersih dan lebih perkasa di ranjang.
Menurut stasiun radio Kenya, West FM, para pria yang belum disunat ini kemungkinan menghindari prosedur tersebut sebelumnya atau karena mereka berasal dari suku Luhyia yang tak mengenal budaya khitan.
Sekelompok orang bernyanyi saat mengumpulkan para pria tersebut sebelum membawa mereka ke klinik terdekat untuk disunat.
“Kami senang dengan penyunatan ini, karena pria yang tak disunat itu kotor dan tak bermain baik di ranjang. Jadi, kami yakin para istri kini akan menikmati pernikahan mereka,” kata salah seorang istri yang suaminya menjadi sasaran tindakan sunat paksa, Anne Njeri.
Setelah disunat, para pria ini dibekali dengan sejumlah uang oleh para warga untuk biaya perawatan.
Para pelaku sunat paksa ini menuturkan semua pria yang belum dikhitan akan menjalani prosedur tersebut pada periode yang dikenal dengan musim sunat. Musim ini berlangsung pada tiga pekan pertama Agustus.
Sementara itu, sekitar 50 pria telah melapor ke polisi dan meminta perlindungan dari prosedur sunat paksa tersebut.
DAILYMAIL | A. RIZAL