TEMPO.CO, Baghdad - Para pemimpin Syiah Irak menuduh Arab Saudi memberi dukungan moral dan finansial bagi militan Sunni Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka juga menuding Riyad berada di balik tindakan genosida yang dilancarkan kelompok itu, terutama dengan membantai mereka yang berhaluan Syiah.
Pemerintah Irak sebelumnya menahan diri untuk mengeluarkan tudingan sama. Namun, para pejabat negeri itu menyatakan kejahatan yang dilakukan ISIS memenuhi syarat sebagai genosida, yaitu berupa pertumpahan darah, penghancuran lembaga-lembaga negara beserta situs bersejarah dan agama.
Dalam sebuah pernyataan, Riyad membantah mendukung pejuang ISIS. Para pejabat di Arab Saudi balik menyatakan bahwa sektarianisme di Irak-lah yang memicu kekerasan.
Menyikapi situasi yang kian genting di negaranya, Perdana Menteri Irak yang berhaluan Syiah, Nouri al Maliki, membuat pernyataan bersama dengan para pemimpin Sunni dan Kurdi. Mereka menyerukan warga untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan bersatu sebagai warga Irak dalam menghadapi serangan militan.
Bentrokan semalam terjadi di Baquba, kurang lebih 40 kilometer dari Baghdad. Sebanyak 44 tahanan tewas di sebuah kantor polisi setelah gerilyawan berusaha menyerbu penjara.
Serangan militan membuat sebuah kilang minyak terbesar Irak di Baiji ditutup. Warga kini menghadapi risiko pemadaman listrik dan kekurangan air.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memperingatkan ada "risiko nyata" kekerasan sektarian pada "skala besar" sebagai akibat dari konflik. Dalam menanggapi krisis, Presiden AS Barack Obama mengumumkan pada Senin akan mengirim 275 pasukan ke Irak untuk mengamankan kedutaan AS di Baghdad berikut para stafnya. Gedung Putih juga mempertimbangkan pengiriman pasukan khusus untuk melatih pasukan Irak.
SKY NEWS | INDAH P
Berita Terpopuler:
Olga Dikabarkan Mengidap Kanker Stadium 4
Cak Lontong: Saya Tidak Merasa Lucu
Elektabilitas Jokowi Turun di DKI, Ini Kata Ahok
KPK Segel Ruangan Menteri PDT Sejak Senin Malam
Kantornya Disegel, Menteri PKB Dibidik KPK?