TEMPO.CO, Damaskus - Panitia pemilihan umum Suriah mulai menghitung kertas suara hasil pencoblosan. Selanjutnya mereka meminta Presiden Bashar al-Assad untuk memberikan pidato kemenangan. Namun, pihak oposisi menuduh pemilu kali ini hanya sebuah sandiwara.
Media pemerintah dalam siarannya melaporkan penghitungan suara tersebut ditutup pada Selasa, 3 Juni 2014, tengah malam waktu setempat.
Pemilu di Suriah ini merupakan yang pertama kali selama kurang lebih 50 tahun, meskipun Assad dan ayahnya, Hafez al-Assad, sebelumnya telah mengantongi mandat pembaruan undang-undang melalui referendum.
Menanggapi pesta demokrasi tersebut, pada pejuang pemberontak, kelompok oposisi di pengasingan, Barat, dan negara-negara Teluk mengatakan bahwa pemilu di Suriah tersebut tidak kredibel. "Pemilu hanya digelar di wilayah yang dikuasai pemerintah. Padahal, masih ada jutaan rakyat Suriah di pengasingan akibat konflik."
Televisi pemerintah menerangkan, "Pemungutan suara ditambah lima jam dari batas waktu yang ditentukan sebab para pemilik suara terus-menerus berdatangan secara massif."
Pemungutan suara digelar di beberapa lokasi yang dikuasai pasukan pemerintah sebab di sejumlah wilayah masih terjadi konflik dan dikontrol oleh pemberontak. Koresponden Al Jazeera, Rula Amin, melaporkan dari Al Masnaa, perbatasan dengan Lembah Bekaa Lebanon, "Kelompok oposisi tidak mengakui apa pun hasil pemilu Suriah."
AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler:
Hal yang Akan Terjadi Jika Jins Tak Pernah Dicuci
Indonesia Cellular Show 2014 Digelar Besok
Bupati yang Blokade Bandara Baru Lulus Sarjana
Ditabrak Kereta, Direktur BNPB Kritis
Monorel, Ahok: Saya Ngebet tapi Jangan Diperdaya