TEMPO.CO, Beirut - Pembicaraan damai Suriah kedua di Jenewa, Jumat, 14 Februari 2014, menemui jalan buntu terkait soal masa depan Bashar al-Assad di pemerintahan transisi. Negosiator dari Suriah, yang didukung Rusia, dan blok oposisi yang didukung Amerika Serikat mengakui bahwa tak ada kemajuan dalam perundingan perdamaian kedua di Jenewa ini.
Di Suriah, pasukan pemerintah dilaporkan akan mengumpulkan pasukan untuk melakukan serangan terhadap kota yang dikuasai pemberontak di Yabroud, di daerah pegunungan Qalamoun, dekat perbatasan Libanon. Menurut berbagai laporan, Yabroud dihujani serangan udara dan penembakan dalam beberapa hari terakhir.
Amerika Serikat menyatakan serangan di Yabroud akan "merusak proses dan prospek perdamaian Suriah di Jenewa," kata Edgar Vasquez, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Militer Suriah telah membuat kemajuan signifikan di daerah Qalamoun. Yabroud, kota besar terakhir yang dikuasai pemberontak di zona itu, berada beberapa mil dari jalan raya strategis utara-selatan dari Damaskus ke Homs dan pantai Mediterania.
Saat serangan pemerintah makin intensif, pengungsi dari Yabroud telah mengalir melintasi perbatasan ke Kota Arsaal, Libanon.
Ada kesepakatan luas di kalangan diplomat bahwa hanya solusi politik yang dapat mengakhiri perang saudara yang hampir berlangsung tiga tahun dan menewaskan lebih dari 130 ribu orang itu. Pembicaraan damai pertama Januari lalu gagal membuahkan hasil nyata. Namun masih ada harapan karena perwakilan dari pihak yang bertikai akhirnya bersedia melakukan negosiasi.
Harapan kini bertumpu pada perundingan kedua, yang ternyata juga berakhir mengecewakan. Masing-masing yang lain ngotot dengan pendiriannya. Ada sedikit tanda bahwa kedua pihak akan berkompromi pada tujuan dasar dari pembicaraan damai ini.
Pihak oposisi menegaskan bahwa perundingan Jenewa harus fokus pada pembentukan pemerintah transisi Suriah, transisi yang akan mengecualikan Assad dan sekutu utamanya dalam skema itu. Wakil pemerintah Suriah menegaskan bahwa masa depan Assad tak bisa ditawar-tawar.
"Kami sangat menyesal bahwa putaran ini tidak menghasilkan kemajuan apa pun," kata Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad kepada wartawan di Jenewa.
Secara terpisah, Louay Safi, juru bicara blok oposisi, mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan menemui jalan "buntu" karena tim negosiasi pemerintah yang dinilainya bersikap "agresif."
Mengingat sedikitnya kemajuan yang dihasilkan dalam perundingan kedua ini, kepala perunding PBB, Lakhdar Brahimi, diharapkan melakukan penjadwalan untuk sesi negosiasi ketiga. Media Suriah melaporkan bahwa delegasi pemerintah dan oposisi dijadwalkan bertemu Brahimi, Sabtu, 15 Februari 2014, di Jenewa.
Kantor berita Rusia melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuding oposisi Suriah dan sekutu-sekutunya di Washington merusak pembicaraan damai ini dengan berfokus pada "pergantian pemerintahan."
LA TIMES | ABDUL MANAN
BERITA LAINNYA
Letusan Gunung Kelud Jadi Perhatian Dunia
Jangan Langsung Siram Abu Vulkanik
Korban Ustad Hariri Akhirnya Buka Suara
SBY Angkat Mbah Rono Jadi Kepala Badan Geologi