TEMPO.CO, Yangoon – Tiga ledakan bom kembali mengguncang Myanmar, Rabu tengah malam dan Kamis pagi, 17 Oktober 2013. Ketiga ledakan terjadi di Namkham, ujung utara Negara Bagian Shan yang berbatasan dengan Cina.
Sai Tin Ooo, politikus Negara Bagian Shan, mengatakan ledakan pertama terjadi pada Rabu tengah malam lalu. Saat itu, tidak ada korban meninggal ataupun luka-luka. Dua ledakan lainnya terjadi pada kemarin pagi, sekitar pukul 07.30 waktu setempat di lokasi yang sama. Akibatnya, satu orang tewas dan enam orang luka-luka.
Ledakan tersebut menambah panjang rangkaian kasus ledakan bom di Myanmar. Pekan lalu, sedikitnya sembilan bom mengguncang Myanmar. Bom berdaya ledak rendah meledak di Yangoon, Mandalay, Taungoo, Sagaing, dan Nakhan. Tiga orang tewas dan 10 orang luka-luka dalam beragam insiden tersebut.
“Saya tak tahu apakah ada hubungan antara bom terakhir dan insiden di Yangoon serta Mandalay,” kata seorang pejabat polisi di Naypyitaw kepada Reuters.
Kondisi ini membuat banyak pihak mempertanyakan kapasitas Myanmar yang akan menjabat Ketua ASEAN. Negara ini juga akan menjadi tuan rumah pekan olahraga Asia Tenggara, SEA Games.
Seorang tersangka berusia 27 tahun ditangkap pada Selasa pagi lalu di Negara Bagian Mon. Ia diduga terkait dengan pengeboman di Hotel Traders. Pelaku tercatat sebagai tamu yang menginap di kamar tempat kejadian sebelum ledakan terjadi.
Adapun tersangka lainnya masih dicari polisi pasca-ledakan pada Jumat pekan lalu di sebuah losmen di Kota Taunggu, sekitar 65 kilometer dari Naypyidaw. Ledakan tersebut menewaskan seorang pria dan seorang wanita.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas rangkaian ledakan tersebut, sedangkan polisi belum memberi keterangan apakah ledakan-ledakan itu saling terkait.
Pemberontak Kachin, yang bertempur melawan pemerintah di utara, termasuk Negara Bagian Shan, membantah tudingan bertanggung jawab atas ledakan-ledakan bom itu. “Kami jelas bukan orang yang menanam bom. Kami berupaya menegakkan perdamaian, tidak hanya di Kaching, tapi juga di seluruh wilayah negara,” kata James Lum Dau, juru bicara sayap politik Tentara Kemerdekaan Kanchin (KIA).
Sejumlah negara Barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warga mereka yang sedang berkunjung ke Myanmar.
REUTERS | CNN | NATALIA SANTI
Berita Terpopuler
Sutarman Mengaku Ditekan soal Novel Baswedan
Ani Yudhoyono Marah di Instagram, Pakai Kata Bodoh
Gatot Diduga Membunuh Holly karena Alasan Ini
Detik-detik Pembunuhan Holly Angela Versi Polisi
Raih Anti-Corruption Award, Ini Reaksi Ahok
Setahun Gubernur: Ini Kisah-kisah Lucu Jokowi