TEMPO.CO, New York - Malala Yousafzai, gadis remaja Pakistan yang hampir tewas dibunuh Taliban karena menyerukan pendidikan bagi anak perempuan, memberikan sambutan pertamanya secara resmi, Jumat, di PBB. Di depan ratusan anak-anak dari seluruh dunia dan anggota PBB, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, dia mengatakan demi acara ini khusus memakai selendang merah muda yang dulunya milik Benazir Bhutto, perdana menteri Pakistan yang tewas pada 2007 dalam serangan bunuh diri usai kampanye.
"Saya tidak tahu di mana untuk memulai pidato saya," katanya. "Saya tidak tahu mengatakan apa yang orang harapkan. Tetapi pertama-tama, terima kasih kepada Tuhan yang membuat setiap manusia setara dan terima kasih kepada setiap orang yang telah berdoa untuk pemulihan dan kehidupan baru saya," katanya.
Ia mengajak hadirin untuk kembali mengingat kejadian 9 Oktober 2012, saat ia dihujani peluru oleh orang-orang bersenjata. Mereka melompat ke dalam bus sekolahnya dan meneriakkan namanya, menakut-nakuti gadis-gadis lain saat mengidentifikasi dirinya. Orang-orang bersenjata itu tak hanya menembak dirinya, tapi juga melukai dua gadis lainnya.
"Mereka mengira bahwa peluru akan membungkam kita, tetapi mereka gagal," katanya. "Dan kemudian, dari keheningan itu, datang ribuan suara."
Yousafzai mengatakan dia tidak ingin balas dendam terhadap Taliban, yang telah mengancam akan memburu dia lagi dan mengakhiri hidupnya."Saudara saudara dan saudari-saudari, saya tidak sedang melawan siapa pun," katanya. "Saya berada disini untuk berbicara tentang hak pendidikan setiap anak."
Ia menyatakan telah memaafkan pelaku penembakan. "Saya bahkan tidak membenci Talib yang menembak saya. Bahkan jika ada pistol di tangan saya dan dia berdiri di depan saya, saya tidak akan menembaknya."
Pada bulan Oktober, enam orang ditangkap sehubungan dengan serangan terhadap Malala dan siswi sekolah lain yang berada di dalam bus saat mereka pulang dari sekolah. Namun mereka kemudian dibebaskan dari penjara karena kurangnya bukti. Tersangka utama, yang diidentifikasi oleh polisi sebagai Atta Ullah Khan, seorang pria 23 tahun dari distrik Swat, dinyatakan buron. Khan adalah sarjana kimia yang tengah meraih gelar master.
Malala dan keluarganya tinggal di Lembah Swat Pakistan, tempat Taliban telah mengeluarkan dekrit pada tahun 2009 yang melarang anak perempuan bersekolah. Menulis secara anonim dalam sebuah blog untuk BBC sejak usia 11 tahun, ia memuji ayahnya yang terap mengoperasikan sekolah yang menentang aturan itu.
Blog-nya menarik perhatian media, khususnya wartawan di Barat. Selama bertahun-tahun, gadis kecil dengan suara besar itu merasa tak terintimidasi. Bahkan dalam sebuah wawancara, dia berbicara tanpa menutupi wajahnya.
"Saya memiliki hak memperoleh pendidikan," katanya dalam sebuah wawancara tahun 2011 dengan CNN. "Saya punya hak untuk bermain. Saya punya hak untuk menyanyi. Saya punya hak untuk bicara. Saya juga memiliki hak untuk pergi ke pasar."
Menyuarakan suara anak-anak di seluruh dunia, dia mengatakan kepada para pemimpin dunia, "Kami benar-benar lelah dengan perang."
Yousafzai menyerahkan pada sekjen PBB petisi yang ditandatangani oleh hampir 4 juta orang untuk mendukung 57 juta anak perempuan dan anak laki-laki di seluruh dunia yang ditolak untuk melanjutkan pendidikan.
CNN | TRIP B