TEMPO.CO, DAMASKUS—Empat ledakan bom yang mengguncang Damaskus Kamis lalu menjadi serangan terbesar terhadap ibu kota Suriah sejak perang sipil berlangsung dua tahun lalu. Lembaga Observasi Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan Jumat 22 Februari 2013 korban tewas terus bertambah hingga mencapai 90 orang.
Jumlah korban terbesar berasal dari serangan bom mobil di distrik Mazraa. Serangan yang terjadi dekat kantor pusat Partai Baath pimpinan Presiden Basgar al-Assad dan kedutaan Rusia untuk Suriah itu sedikitnya menelan 60 korban jiwa. Sedangkan sisanya merupakan korban serangan tiga bom mobil di distrik Barzeh.
Baik pemerintah Suriah maupun kelompok oposisi menyatakan sebagian besar korban tewas di distrik Mazraa adalah warga sipil, termasuk anak-anak yang sedang belajar di sekolah. Sedangkan serangan di markas militer Barzeh menewaskan sedikitnya 22 anggota pasukan pemerintah.
Kedua pihak saling tuding dalam insiden ini. Media pemerintah menyatakan serangan ini dilakukan para teroris—julukan bagi pasukan pemberontak. Meski belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab, kelompok pemberontak Jabhat al-Nusra yang berafiliasi dengan Al Qaidah, kerap menjadi dalang dalam serangan di Damaskus dan Aleppo.
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, langsung mengutuk serangan tersebut. Melalui juru bicaranya, Ki-moon mendesak kedua pihak berseteru untuk mengakhiri kekerasan dan menghormati hukum humaniter internasional. “Kekerasan dan pendekatan militer hanya memperburuk masalah. Solusi politik hanya satu-satunya jalan bagi Suriah,” kata Ki-moon dalam pernyataan tertulis.
Insiden ini juga memicu ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, hari ini menuding Negeri Abang Sam melakukan standar ganda ihwal Suriah. Pasalnya, Amerika memblokir resolusi Dewan Keamanan yang berisi kutukan terhadap serangan bom Mazraa.
“Kami sangat kecewa karena Amerika Serikat menolak mengutuk serangan teroris Suriah. Ini tendensi berbahaya karena Amerika mengabaikan prinsip mendasar dalam perjuangan melawan terorisme,” ujar Lavrov dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Cina, Yang Jiechi, di Moskow.
Sebelumnya, Amerika Serikat melalui Kementerian Luar Negeri mengutuk serangan di Damaskus. “Kami sangat mengecam kekerasan terhadap warga sipil maupun korps diplomatik karena melanggar hukum internasional. Kami mendesak seluruh pelaku kejahatan dari kedua pihak segera ditangkap,” tutur Victoria Nuland, juru bicara Kementerian Luar Negeri dalam konferensi pers.
Kritisnya kondisi di Suriah membuat posisi Utusan Khusus Liga Arab-PBB, Lakhdar Brahimi, diperpanjang hingga akhir tahun 2013. Juru bicara PBB Martin Nesirky mengungkapkan kontrak Brahimi semula akan berakhir kemarin.
REUTERS | VOA | RTT | SITA PLANASARI AQUADINI