TEMPO.CO, Moskow - Presiden Rusia, Vladimir Putin, melakukan kunjungan kenegaraan pertama ke Cina. Lawatan ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan kedua negara yang telah mencapai angka US$ 84 miliar (sekitar Rp 792 triliun).
Di samping itu, pembicaraan masalah energi dan kebijakan luar negeri akan mendominasi agenda kunjungan ini, termasuk masalah Suriah. Rusia dan Cina bersikap sangat keras terhadap tekanan Barat yang ingin mendongkel Presiden Bashar al-Assad dari kekuasaannya di Suriah. Utusan khusus Cina di PBB, Li Baodong, menjelaskan Suriah merupakan salah satu mata agenda yang bakal dibicarakan di Dewan Keamanan PBB.
Cina yang baru-baru ini terpilih menjadi pimpinan Dewan Keamanan menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam peperangan di Suriah agar menerapkan rencana perdamaian seperti yang disampaikan oleh utusan khusus PBB, Kofi Annan.
Pemberontak Suriah, Tentara Pembebasan Suriah (FSA), mengatakan pada Senin, 4 Juni 2012, bahwa rencana perdamaian seperti yang disampaikan Kofi Annan bakal tak bisa diperpanjang lagi atau gencatan senjata sulit diwujudkan. Juru bicara FSA, Sami al-Kurdi, mengatakan kepada Reuters bahwa FSA mulai menyerang serdadu pemerintah dengan alasan untuk mempertahankan rakyat Suriah.
Rusia dan Cina adalah dua negara yang menentang relousi PBB mengenai kondisi pemerintahan di Damaskus. Namun, situasi yang kacau-balau di Suriah saat ini membuat kedua negara dalam tekanan internasional agar bersedia menghentikan konflik di sana. Cina dan Rusia lebih suka memilih rencana perdamaian yang diusulkan oleh bekas Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan.
Baca Juga:
Putin akan mengadakan pembicaraan intensif dengan rekannya, Presiden Hu Jintao, Selasa, 5 Juni 2012. Dalam lawatannya ke Beijing, pemimpin Rusia ini didampingi enam menteri kabinet, pemimpin sejumlah perusahaan, termasuk perusahaan gas Gazprom.
"Sekitar 17 perusahaan besar Rusia dan Cina melakukan kesepakatan perjanjian dagang yang diharapkan diteken di Beijing," kata pembantu Putin.
Rabu, 6 Juni 2012, Putin akan bertemu Wakil Perdana Menteri Li Keqiang yang diperkirakan bakal menjadi perdana menteri berikutnya. Selama berada di Cina, Putin juga akan menghadiri pertemuan keamanan regional yang digelar Kamis, 7 Juni 2012.
BBC | CHOIRUL