TEMPO.CO , Damaskus -Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Liga Arab, Kofi Annan, menggelar pembicaraan pada Selasa, 29 Mei 2012, dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Damaskus.
Rencana damai Annan untuk mengakhiri konflik telah dibayang-bayangi pengecaman internasional terkait dengan pembantaian pada Jumat pekan lalu di kawasan Houla. Annan menyebut pembantaian itu "momen mengerikan yang akan mengundang konfrontasi atas konsekuensinya".
Annan menyebutkan pemerintah Suiah harus mengambil "langkah besar" untuk menunjukkan punya keseriusan soal perdamaian. "Pesan damai tak hanya buat pemeritah, tapi juga buat semua orang dengan sebuah pistol."
Kemarin Annan menggelar pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Suiriah, Walid Muallem, dan Ketua Misi pengamat PBB di Suriah, Mayor Jenderal Robert Mood.
Dalam rencana Annan, pasukan pemerintah dan oposisi Suriah menghentikan pertempuran pada 12 April menjelang diterjunkannya para pengawas, dan pemerintah menarik seluruh tank dan menjauhi arae-area sipil.
Menurut BBC, Annan akan menekan Assad untuk membuat kebaikan seperti yang dijanjikan sebelumnya. Namun hal itu tergantung pada posisi yang diambil Sekutu dan pelindung utamanya, Rusia.
Rusia, yang telah dua kali mengeblok resolusi Dewan Keamanan PBB mendukung aksi khusus terhadap rezim Bashar al-Assad, menilai baik pasukan pemerintah maupun pemberontak sama-sama bertanggung jawab atas pembantaian Hari Jumat pekan lalu.
"Kami tengah mengamati situasi di mana kedua belah pihak telah saling serang terkait dengan kematian warga sipil tak berdosa," ujar Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.
Sebelumnya, kemarin Annan mendesak Damaskus segera menghentikan pembunuhan setelah apa yang disebut utusan khusus itu "kejahatan mengerikan" di Houla, dekat Hama. Pembantaian itu menewaskan 108 orang, banyak di antaranya anak-anak tak berdosa.
BBC | REUTERS | DWI ARJANTO