TEMPO.CO, Male - Ribuan pendukung Presiden Mohammed Nasheed turun ke jalan-jalan utama Ibu Kota Male menyusul pengumuman pengunduran dirinya dari jabatan presiden.
Pengumuman yang disiarkan langsung oleh televisi pemerintah, Selasa, 7 Februari 2012, membuat para penyokongnya marah dan menuduh ada upaya kudeta.
Dalam orasi unjuk rasa, mereka meminta Nasheed kembali menjabat sebagai Presiden Maladewa yang dijabatnya sejak 2008 usai memenangkan pemilihan umum.
Wartawan Al Jazeera, Steve Chao, melaporkan dari ibu kota negara Kepulauan Male, Rabu, 8 Februari 2012, sekitar 3.000 orang ambil bagian dalam unjuk rasa mendukung Nasheed tetap kembali menjadi presiden. "Mr Nasheed harus kembali menjabat sebagai Presiden Maladewa," teriak mereka.
Chao melaporkan polisi menggunakan gas air mata dan bentrok dengan demonstran sebagai upaya membubarkan agar mereka berbalik arah. Laporan lainnya menyebutkan, usai mengundurkan diri, Nasheed diseret oleh pasukan keamanan. "Nasheed luka ringan."
Nasheed, pemimpin yang terpilih dari sebuah pemilihan umum demokratis di negara kepulauan lautan India, mengundurkan diri, Selasa, 7 Februari 2012, setelah mendapatkan tekanan dari sekelompok pejabat tinggi kepolisian dan pengunjuk rasa antipemerintah.
Nasheed mengaku kepada wartawan Al Jazeera ketika ditemui di kediaman keluarganya, Rabu, 8 Februari 2012 bahwa langkah pengunduran diri ini dianggap tepat demi mencegah pertumpahan darah.
"In jelas kudeta," ujarnya. "Atas nama apapun ini adalah kudeta. Ini kudeta tak berdarah dan saya tak ingin terlibat dalam kasus ini. Saya tak ingin mempertahankan jabatan dan juga pertumpahan darah."
Ketika ditanya mengapa dirinya mengundurukan diri, Nasheed menjawab, "Sebab, saya tak mau ada penembakan terhadap rakyat kami. Mereka mengancam saya dan rakyat. Saya tak menginginkan itu."
Namun demikian, Nasheed sangat yakin bahwa dirinya masih mendapatkan dukungan rakyat sehingga perlu mencari kantor baru untuk mempersiapkan keikutsertaannya dalam pemilu tahun depan. "Kami yakin rakyat di negeri ini masih ingin bersama kami," ujarnya.
AL JAZEERA | CHOIRUL