TEMPO.CO, London - Inggris, Amerika, dan Prancis menyampaikan sinyal ke Iran dengan mengirim enam kapal perang yang dipimpin oleh kapal induk seberat 100 ribu ton melalui perairan yang sangat sensitif, Selat Hormuz.
Pengiriman ini untuk menentang ancaman Iran yang akan menutup jalur itu. Pengiriman ini juga bertepatan dengan meningkatnya konfrontasi Barat dengan Iran atas tuduhan ambisi nuklir negara itu.
Baca Juga:
Menteri-menteri luar negeri Uni Eropa hari ini rencananya mengumumkan embargo terhadap ekspor minyak Iran. Mereka juga cenderung untuk memaksakan pembekuan parsial pada aset yang dimiliki oleh Bank Sentral Iran di Uni Eropa.
Teheran telah mengancam akan memblokir Selat Hormuz sebagai pembalasan. Kapal tanker membawa 17 juta barel minyak melalui jalur ini setiap hari, yang merupakan 35 persen pengiriman minyak mentah dunia melalui laut. Pada titik tersempit, terletak antara Iran dan Oman, selat ini hanya memiliki lebar 21 mil.
Bulan lalu, Laksamana Habibullah Sayyari, komandan Angkatan Laut Iran, mengklaim bahwa menutup selat itu merupakan langkah mudah. "Seperti kata orang Iran, ini lebih mudah daripada minum segelas air," ujarnya.
Baca Juga:
Tapi USS Abraham Lincoln, kapal induk betenaga nuklir yang mampu mengangkut 90 pesawat, melewati jalur ini dan memasuki Teluk tanpa insiden kemarin.
HMS Argyll, fregat Tipe 23 dari Royal Navy, adalah salah satu kapal pendamping. Sebuah kapal penjelajah dan dua kapal perusak Angkatan Laut AS serta satu kapal perang dari Angkatan Laut Prancis melengkapi rombongan itu.
Ketiga negara telah mempertahankan kehadiran militer permanen di Teluk, tetapi rombongan bersama melewati Selat Hormuz adalah hal yang sangat tidak biasa. Armada itu melewati beberapa mil dari garis pantai Iran.
Seorang pejabat Barat membantah ini adalah langkah provokatif yang dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran. "Tujuannya hanya untuk menjamin pergerakan bebas kapal melalui jalur vital perekonomian dunia itu,” katanya.
Seorang juru bicara Departemen Pertahanan Inggris berkata dengan tegas, "HMS Argyll dan sebuah kapal Prancis bergabung dengan kapal AS melalui Selat Hormuz untuk menggarisbawahi komitmen internasional untuk menjaga hak-hak melintas di bawah hukum internasional."
Juru bicara itu menambahkan bahwa Inggris mempertahankan "kehadiran permanen di wilayah itu sebagai bagian dari kontribusi kami untuk mempertahankan keamanan Teluk. Kapal perang Royal Navy telah berpatroli di wilayah itu terus-menerus sejak tahun 1980."
Masuknya Abraham Lincoln ke Teluk setelah adanya peringatan eksplisit dari Iran. Awal bulan ini, Jenderal Ataollah Salehi, panglima angkatan bersenjata negara itu, mengancam akan merespons dengan "kekuatan penuh" jika ada kapal US berkelana ke perairan di kawasan itu. "Kami tidak memiliki niat untuk mengulangi peringatan kami dan kami memperingatkan hanya sekali," katanya.
Republik Islam Iran kemudian mengadakan latihan angkatan laut di Selat Hormuz. Manuver militer Iran berkode Exercise Noble Prophet diperkirakan akan berlangsung pekan ini.
Kapal induk lainnya, USS Carl Vinson, telah berada di Teluk dan wilayah sekitarnya selama beberapa bulan. Kedatangan Abraham Lincoln itu berarti kembalinya kondisi penyebaran dua kapal induk yang dilakukan Amerika selama bertahun-tahun.
TELEGRAPH | EZ